MAKALAH CEDERA OLAHRAGA
Disusun
Oleh:
Herdiansyah Agus (1103805)
Herdiansyah Agus (1103805)
Bayu
Setia Aji Nugroho (1104412)
Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan
Kepelatihan Olahraga
Bandung
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera
atau luka adalah sesuatu
kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau
tekanan fisik maupun kimiawi.
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau
sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya,
gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
Cedera
sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen,
atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan
pertolongan yang profesional dengan segera.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami
beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon
terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga
dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera,
bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana
mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri
ke dokter).
BAB II
MASALAH
Cedera Olah
Raga adalah cedera pada sistem otot dan rangka tubuh yang disebabkan oleh
kegiatan olah raga. Cedera
Olahraga adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat
menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari
tubuh.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat
mengakibatkan gangguan atau keterbatasan
fisik. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan
mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu
dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang
multidisipliner.
Jenis-jenis cedera olah raga:
a. Cedera tulang ,contoh:
patah tulang kering atau tulang telapak kaki pada pelari jarak jauh, disebut
juga fatigue fracture.
b. Cedera otot,Contoh:
robekan otot yang sering terjadi pada otot paha bagian depan (sering terjadi
pada sepak bola), atau otot betis (sering terjadi pada tennis)
c. Cedera sendi ,Contoh:
pengikat sendi (ligamen) yang teregang berlebihan atau bahkan putus yang
mengakibatkan sendi yang terkena menjadi tidak stabil
Yang
harus dilakukan bila terjadi cedera olah raga:
a.
Pertolongan
pertama pada cedera olah raga bertujuan untuk meminimalkan pembengkakan
jaringan, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
b.
Kompres es pada
area yang cedera selama 15-20 menit (jangan lebih), dapat diulang 3-4x/hari.
c.
Membalut area
yang cedera dengan bahan yang elastis, seperti elastic verband
d.
Posisikan area
yang cedera lebih tinggi dari letak jantung
e.
Istirahatkan
bagian tubuh yang cedera untuk sementara
f.
Hubungi dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi/Spesialis Ortopedi terdekat.
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
1.Macam-macam
cidera olahraga
a)
Sprain
(keseleo) Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament
(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul
sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa
nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan
menggerakkan tungkai.
Sprain atau keseleo adalah jenis cedera yang paling
sering dialami oleh para pemain sepak bola, Untuk menghindari keseleo,
diperlukan pemanasan yang cukup dan stretching yang tepat bisa mencegah
terjadinya cedera tersebut (Hardianto Wibowo 1995: 22).
Berikut ini adalah tingkatan cedera sprain:
a. Sprain Tingkat I
Pada cedera
ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang
putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada
daerah tersebut. cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena
akan sembuh dengan sendirinya
b. Sprain Tingkat II
Pada cedera
ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut
ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan,
efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian
tersebut. kita harus membrikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang
diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut
tekan, spalk maupun gibs.
c. Sprain
Tingkat III
Pada cedera
ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang
bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan,
tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
Cedera tingkat ini harus dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi namun harus
diberi pertolongan pertama terlebih dahulu.
b) Strain.Strain adalah bentuk cidera
berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan
tendon). Jenis cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,
kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap.
Strains sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),
hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps. Cedera tertarik otot
betis juga kerap terjadi pada para pemain bola. Fleksibilitas otot yang baik
bisa menghindarkan diri dari cedera macam ini. Kuncinya dalah selalu melakukan
stretching setelah melakukan pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang
rentan tersebut (Hardianto Wibowo 1995: 22).
Pengobatan sprain dan strain adalah terapi, yang
dilakukan adalah reset atau istirahat, mendinginkan area cidera, copression
atau balut bagian yang cidera, elevasi atau meninggikan, membebaskan diri dari
beban. Jika nyeri dan bengkak berkurang selama 48 jam setelah cidera, gerakkan
persendian tulang ke seluruh arah. Hindari tekanan pada daerah cidera sampai
nyeri hilang (biasanya 7-10 hari untuk cidera ringan dan 3-5 minggu untuk
cidera berat), gunakan tongkat penopang ketika berjalan bila dibutuhkan.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16), Cidera derajat I
biasanya sembuh dengan cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi dan
elevasi (RICE). Terapi latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan
fleksibilitas. Cidera derajat II terapinya sama hanya saja ditambah dengan
immobilisasi pada daerah yang cidera.. Kunci dari penyembuhan adalah evaluasi
dini dengan professional medis.
c) Knee Injuries Adalah cidera yang
terjadi karena adanya paksaan dari tendon. Saat mengalami cidera ini akan
merasakan nyeri tepat dibawah mangkuk lutut setelah melakukan latihan olahraga.
Rasa sakit itu disebabkan oleh gerakan melompat, menerjang maupun melompat dan
turun kembali.
Ada beberapa jenis cedera lutut yang umum dialami oleh
pemain bola, yaitu cedera pada medial collateral ligament, meniscus, dan
anterior cruciate ligament, baik itu sobek pada jaringan, maupun putusnya
jaringan tersebut.
d) Compartment Syndrome.Para atlet pada
umumnya sering mengalami permasalahan (gangguan rasa nyeri atau sakit) yang
terjadi pada kaki bawah (meliputi daerah antara lutut dan pergelangan kaki).
Terkadang rasa sakit/nyeri tersebut terjadi karena adanya suatu sindrom
kompartemen
Diagnosa terhadap sindrom terhadap sindrom tersebut
dilakukan dengan cara perkiraan,
karena pola karakteristik (gejala) dan rasa sakit
tersebut dan ukuran-ukuran tekanan kompartemennya. Diantara beberapa penyakit
yang menyertai sindrom ini dapat diatasi dengan pembedahan (operasi).
e) Shin Splints.Istilah shin aplints
kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan adanya rasa sakit (cidera pada kaki
bagian bawah yang seringkali terjadi terjadi akibat melakukan berbagai
aktivitas olahraga, termasuk olahraga lari. Shin splints ada 2 jenis yaitu; a).
Anterior Shin Splints, yaitu rasa sakit yang terjadi pada bagian depan
(anterior) dari tulang gares (tibia). B) Posterior Shin Splints, rasa sakit
tersebut terasa pada bagian dalam (medial) kaki pada tulang tibia
Shin splints disebabkan oleh adanya robekan sangat
kecil pada otot-otot kaki bagian bawah yang berhubungan erat dengan tulang
gares. Pertama-tama akan mengalami rasa sakit yang menarik-narik setelah
melakukan lari. Anterior shin splints disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
otot kaki.
f) Achilles Tendon Injuries.Cedera pada
tendon achilles ini menempati peringkat pertama yang sering terjadi pada atlet
dan paling sulit untuk merawat/menyembuhkannya. Cedera tersebut berkisar dari
tendinitis ringan sampai pada pemutusan tendon yang parah. Kunci dari diagnosa
tahap-tahap cidera ini adalah pengenalan pada tanda-tanda dan gejala-gejala
yang terjadi.
g) Fractures.Cedera seperti ini dialami
apabila pemain yang bersangkutan mengalami benturan dengan pemain lain atau
sesuatu yang keras. Cedera fractures tidak hanya terjadi pada bagian kaki macam
tulang paha, tulang kering, tulang selangkangan, atau tulang telapak kaki, tapi
juga kerap terjadi pada lengan, bahu, hingga pergelangan tangan. Untuk
menghindari cedera macam ini, penggunaan pelindung sangat dianjurkan untuk
meminimalisir patah atau retak tulang. Kasus Wayne Rooney merupakan salah satu
contoh cedera fractures yang cukup membuat pusing Alex Fergusson.
Setiap tulang yang mendapatkan tekanan terus-menerus
diluar kapasitasnya dapat mengalami keretakan (stress fracture). Kelemahan pada
struktur tulang sering terjadi pada atlet ski, jogging, berbagai atlet lari,
dan pendaki gunung maupun para tentara, mengalami march fracture.
Macam-macam patah tulang:
• Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang
melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
• Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan)
tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan.
Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan.
2.Cidera
Pada Cabang Olahraga Sepak Bola:
A.
Cedera
Ringan yang dimaksud dengan cedera ringan adalah cedera dimana si pemain masih
dapat melanjutkan permainannya misalnya :
·
Luka lecet
·
Strain dan
strain tingkat Satu
·
Kram otot
·
Memar otot
(kontusio)
B.
Cedera Berat
(dimana si pemain tidak dapat melanjutkan permainnnanya.
· Cedera pada kepala : gegar otak atau
cedera yang menimbulkan pingsan dan tidak sadar, pendarahan yang sukar
dihentikan, patah tulang hidung
· Cedera pada lutut : kontusio,robekan
ligamen, robekan otot, dislokasi patella, robekan meniskus.
· Cedera pada pergelangan kaki : patah
tulang malleolus medialis tibia , dislokasi talokruralis , haermarthrose.
3.Faktor
Penyebab Cidera:
A. Latihan Yang Berlebihan , Ini bisa
terjadi jika anda memaksa diri untuk berlatih di luar batas kemampuan diri
anda, berlatihlah sesuai dengan kemampuan anda, anda harus tahu batas kemampuan
tubuh anda sendiri.
B. Ketidak Seimbangan ,Otot Ini bisa
terjadi jika salah satu otot lebih kuat daripada otot lain yang melakukan
fungsi yang berlawanan misalnya selain melatih otot Biceps (Lengan Atas Depan)
kita juga harus melatih otot Triceps (Lengan Atas Belakang), agar kekuatan otot
lengan kita berimbang
C. Kurangnya
Pemanasan ,Pemanasan
sebelum berolahraga sangat penting, karena ini membantu untuk kita menjadi
tidak kaku/ menambah flexibilitas sehingga bisa terhindar dari cedera.
D.
Metode Latihan Yang Salah,Metode latihan yang salah
merupakan penyebab paling sering dari cedera pada otot dan sendi. Penderita
tidak memberikan waktu pemulihan yang cukup setelah melakukan olah raga atau
tidak berhenti berlatih ketika timbul nyeri. Setiap kali otot tertekan oleh aktivitas
yang intensif, latihan berat, hari berikutnya beristirahat atau melakukan
latihan ringan. Hanya perenang yang bisa melakukan latihan yang berat dan
ringan setiap hari tanpa mengalami cedera. Kemungkinan daya ampung dari air
membantu melindungi otot dan sendi para perenang.
E.
Kelainan Struktural, Kelainanan struktural atau anatomi tubuh anda
yang dapat memberikan stress tambahan, misalnya kelainan otot, tulang, sendi
dll. Ini bisa karena bawaan dari lahir
Kelainan struktural bisa menyebabkan seseorang lebih peka terhadap cedera olah raga karena adanya tekanan yang tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu. Misalnya, jika panjang kedua tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkai yang lebih panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih besar.
Kelainan struktural bisa menyebabkan seseorang lebih peka terhadap cedera olah raga karena adanya tekanan yang tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu. Misalnya, jika panjang kedua tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkai yang lebih panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih besar.
F.
Kelemahan Otot, Tendon & Ligamen, Jika mendapatkan
tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka otot, tendon dan
ligamen akan mengalami robekan. Tulang yang rapuh karena osteoporosis
mudah mengalami patah tulang (fraktkur).
4.Persentasi
Cidera Yang Banyak Cidera
5.Pencegahan
dan Penanggulangan Cidera
1.Cedera lutut
Sekitar 55 persen cedera
akibat aktivitas olahraga berupa cedera lutut. Cedera ini termasuk satu dari 40
kasus bedah ortopedi. Terbanyak terjadi pada sendi dan tulang rawan (retak),
termasuk sakit dan nyeri yang terkait dengan tempurung lutut. Risiko tinggi
terjadi pada pelari, perenang, step aerobic, pesepakbola, pebasket, pevoli, dan
atlet cabang atletik. Ini karena lutut menjadi tumpuan, sehingga berpotensi
terkena arthritis..
2. Cedera bahu
2. Cedera bahu
Sebanyak 20 persen cedera
karena olahraga terjadi pada bahu, termasuk akibat salah posisi, salah urat,
dan ketegangan otot. Penyebabnya, aktivitas berlebih dan gerakan yang salah di
daerah bahu sehingga mengenai tendon (urat). Gejalanya nyeri, kaku pada bahu,
otot terkilir, hingga tulang retak.
Pencegahan: Untuk
olahraga yang rentan benturan (misalnya bisbol) gunakan pelindung khusus.
3. Cedera otot pergelangan kaki
3. Cedera otot pergelangan kaki
Banyak terjadi pada
pesebakbola, pemain hoki, pebasket, dan pevoli karena gerakan seperti melompat,
berlari, dan berhenti mendadak menyebabkan tendon terjepit.
Pencegahan: Perkuat pergelangan kaki dengan naik turun tangga atau olahraga sejenisnya. Memakai pelindung kaki tidak menjamin keselamatan, tapi meminimalkan risiko.
Pencegahan: Perkuat pergelangan kaki dengan naik turun tangga atau olahraga sejenisnya. Memakai pelindung kaki tidak menjamin keselamatan, tapi meminimalkan risiko.
4. Otot tertarik
Tidak melakukan pemanasan
cukup, kelelahan otot, dan otot lemah, adalah beberapa sebabnya. Lari, joging,
basket, dan sepakbola, adalah contoh olahraga paling potensial menimbulkan
cedera ini.
Pencegahan: Latihan
peregangan yang cukup sebelum dan sesudah berolahraga. Hindari berlatih saat
tubuh Anda terasa lelah. Jangan berolahraga dulu sebelum Anda benar-benar pulih
pascacedera, untuk menghindari cedera lebih berat.
5. Sakit punggung bagian bawah
Banyak dialami oleh orang
yang duduk terlalu lama dan penderita obesitas. Rentan pula dialami pelari,
pebalap sepeda, pegolf, petenis, dan pebisbol.
Pencegahan: Lakukan pemanasan sebelum, selama, dan sesudah berolahraga. Gerakan meluruskan punggung dengan menarik perlahan kedua tangan ke atas dan menekuk punggung ke samping.
Pencegahan: Lakukan pemanasan sebelum, selama, dan sesudah berolahraga. Gerakan meluruskan punggung dengan menarik perlahan kedua tangan ke atas dan menekuk punggung ke samping.
6. Cedera tulang kering
Biasa menyerang pemula,
yang berambisi ingin meningkatkan tahap latihan. Memakai alas kaki yang tidak
sesuai dengan aktivitas. Termasuk melompat dan berlari di landasan yang keras.
Pencegahan: Pakailah alas kaki yang tepat, berlatih secara bertahap, peregangan, dan tidak berlebihan.
7. Cedera paha
Pencegahan: Pakailah alas kaki yang tepat, berlatih secara bertahap, peregangan, dan tidak berlebihan.
7. Cedera paha
Sepakbola, hoki, basket,
olahraga dengan raket, dan voli. Selain daerah paha terasa nyeri yang sangat,
juga terjadi pembengkakan pada otot paha.
Pencegahan: Peregangan sebelum berlatih, berlatih dengan intensitas bertahap, latihan menguatkan daerah kaki terutama paha.
Pencegahan: Peregangan sebelum berlatih, berlatih dengan intensitas bertahap, latihan menguatkan daerah kaki terutama paha.
8. Gegar otak
Cedera kategori berat
akibat benturan. Gejalanya yaitu kehilangan kesadaran, sakit kepala hebat,
amnesia,
Pencegahan: Perlindungan memakai
helm tidak menjaminan aman untuk kepala. Jika mengalami benturan, segera cari
pertolongan medis.
9. Salah urat
Cedera ini timbul karena
salah gerak atau kelelahan pada tendon karena aktivitas berlebih. Paling banyak
dialami pelari karena gerakan lari dan lompat.
Pencegahan: Peregangan cukup dan hindari gerakan menarik otot secara tiba-tiba dan memaksa. Jika cedera terjadi, jangan tergesa berlatih kembali sebelum kondisi benar-benar pulih.
Pencegahan: Peregangan cukup dan hindari gerakan menarik otot secara tiba-tiba dan memaksa. Jika cedera terjadi, jangan tergesa berlatih kembali sebelum kondisi benar-benar pulih.
KESIMPULAN
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau
sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya,
gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama
Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti
cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera
tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak
sekali permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan
sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam
level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam
jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi
pengobatan sendiri
Cedera Olahraga adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga,
sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta
bagian lain dari tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Hardianto
Wibowo, dr. 1995. Pencegahan dan Petatalaksanaan Cedera Olahraga. Cetakan 1.
EGC.
Peterson, L,
Renstrom, P. 1996. Sport Injuries. CIBA.
Santosa,
Andy, A. 1994. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Jakarta: Akper Sint Carolus
Sobotta.
2000. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC
Sutarmo,
Setiaji. V. D. 1990. Buku Kuliah Anatomi Fisiologi. Jakarta: FKUI
Macam-macam
cedera. Diakses dari http://sitoha.wordpress.com/2010/01/07/macam-macam-cedera
Keperawatan
medikal bedah Brunner dan Suddarth Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brenda. Edisi 8
Volume 3. EGC. 2002. Jakarta.
Ilmu Bedah Syamsuhidayat
R dan De Jong Wim. EGC. 1997 . Jakarta.