LAPORAN
PELATIHAN MENTAL INDIVIDU
RELAKSASI,
VISUALISASI, GOAL SETTING, DAN PENGURANGAN KEPEKAAN
DI SMP N 1
SOREANG
Laporan ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu pada mata kuliah psikologi
kepelatihan
Dosen pengasuh :
Drs. Rusli
Ibrahim, MA
Herdiansyahagus
1103805
Prodi Pendidikan
Kepelatihan Olahraga
Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan
Indonesia`
Bandung
2013
TEKNIK RELAKSASI
A.
Pengertian Relaksasi
1. Relaksasi merupakan salah satu cara
untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan mental sehingga menjadi rileks
(Suryani,2000).
2. Relaksasi merupakan kegiatan untuk
mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan
berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006)
3. Menurut Thantawy (1997: 67) “relaksasi
adalah teknik mengatasi kekhawatiran/kecemasan atau stress melalui pengendoran
otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau bersumber pada obyek-obyek tertentu”.
Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental
manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi,
seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang
tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh
yang nyaman.
4. Menurut pendapat Cormier dan Cormier,
1985 (Abimanyu dan Manrihu, 1996:320)Relaksasi dapat diartikan sebagai usaha
untuk mengajari seseorang untuk relaks, dengan menjadikan orang itu sadar
tentang perasaan-perasaan tegang dan perasaan-perasaan relaks kelompok-kelompok
otot utama seperti tangan, muka, dan leher, dada, bahu, punggung, perut, dan
kaki.
5. Relaksasi merupakan upaya sejenak untuk
melupakan kecemasan dan mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan
kelebihan energi atau ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang
menyenagkan Relaksasi dapat memutuskan pikiran-pikiran negatife yang menyertai
kecemasan (Greenberg,2000)
6. Chaplin (1975) memberi pengertian
relaksasi sebagai kembalinya otot ke keadaan istirahat setelah kontraksi. Atau
relaksasi merupakan suatu keadaan tegang yang rendah dengan tanpa adanya emosi
yang kuat.
7. Sedangkan menurut Hakim (2004: 41)
relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari segala macam bentuk
ketegangan otot maupun pikiran senetral mungkin atau tidak memikirkan apapun.
8. Berdasarkan pengertian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang
berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang
tersusun secara sistematis untuk merilekskan pikiran dan anggota tubuh seperti
otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks,
normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki.
B.
Manfaat Relaksasi
Ada
beberapa manfaat dari penggunaan teknik relaksasi:
Burn
(dikutip oleh Beech dkk, 1982) melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh
dari latihan relaksasi, antara lain:
1.
Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan
karena adanya stress
2.
Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, sakit
kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi
3.
Mengurangi tingkat kecemasan
4.
Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress dan mengontrol
anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti pada
pertemuan penting, wawancara atau sebagainya
5.
Penelitian menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering terjadi
selama periode stress, misalnya naiknya jumlah rokok yang dihisap, konsumsi
alkohol, pemakaian obat-obatan, dan makanan yang berlebih-lebihan
6.
Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan penampilan fisik
7.
Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi
dengan menggunakan ketrampilan relaksasi
8.
Kesadaran diri tentang keadaan fisiologis seseorang dapat meningkat sebagai
hasil dari relaksasi, sehingga memungkinkan individu untuk menggunakan
ketrampilan relaksasi untuk timbulnya rangsangan fisiologis
9.
Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dalam operasi,
seperti pada persalinan yang alami, relaksasi tidak hanya mengurangi kecemasan
tetapi juga memudahkan pergerakan bayi melalui cervix
10. Konsekuensi
fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa tingkat harga diri dan
keyakinan diri individu meningkat sebagai hasil kontrol yang meningkat terhadap
reaksi stress
11. Meningkatkan
hubungan antar personal
Menurut
Welker,dkk,dalam Karyono,1994; penggunaan teknik relaksasi memiliki beberapa
manfaat sebagai berikut:
1.
Memberikan ketenangan batin bagi individu
2.
Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah
3.
Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa
4.
Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur menjadi
nyenyak
5.
Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit
6.
Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik
7.
Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau keyakinan
8.
Meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain
9.
bermanfaat untuk penderita neurosis ringan, insomnia, perasaan lelah dan tidak
enak badan
10.
Mengurangi hiperaktif pada anak-anak, dapat mengontrol gagap, mengurangi
merokok, mengurangi phobia, dan mengurangi rasa sakit sewaktu gangguan pada
saat menstruasi serta dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
ringan.
Terapi
relaksasi dilakukan untuk mencegah dan mengurangi ketegangan pikiran dan otot -
otot akibat stres karena ketegangan dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Bila
ketegangan terjadi maka tubuh akan menjadi lemah dan akibatnya tubuh tidak
dapat melakukan fungsinya secara optimal.
Relaksasi penting apabila anda mempunyai gejala seperti berikut:
a.
Berdebar-debar
b.
Sakit kepala
c.
Berpeluh
d.
Susah untuk bernafas
e.
Paras glukos darah yang tidak terkawal
f.
Keadaan badan yang tidak selesa seperti ketidakcernaan,sembelit dan
kegelisahan.
g.
Kepenatan atau susah hendak tidur.
h.
Ketegangan otot terutama otot ditengkuk dan otot bahu.
i.
Susah untuk memberi tumpuan dan mudah risau.
j.
Kurang sabar, mudah tersinggung dan cepat marah.
k.
Hilang selera makan atau makan berlebihan.
l.
Hilang minat terhadap seks.
C.
Tujuan
1.
Melegakan stress untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah hendak
tidur,sakit kepala disebabkan tekanan dan asthma
2.
Membantu orang menjadi rileks, dan
dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik.
3.
Membantu individu untuk dapat
mengontrol diri dan memfokuskan perhatian sehingga ia dapat mengambil respon
yang tepat saat berada dalam situasi yang menegangkan.
D.
Karakteristik
1.
Merupakan metode untuk mengembalikan tubuh dalam kondisi homeostatis sehingga
konseli dapat kembali tenang.
2.
Relaksasi tidak menganggap penting usaha pemecahan masalah penyebab terjadinya
ketegangan melainkan menciptakan kondisi individu yang lebih nyaman dan
menyenangkan
E.
Jenis-jenis teknik relaksasi
Lichstein (1988), mengemukakan
jenis-jenis teknik relaksai antara lain:
1.
Autogenic Training yaitu suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan (imagery)
sensasi-sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh seperti kepala, dada,
lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan, pergelangan tangan.
Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau rileks pada
bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan pelan.
Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang meyenangkan misalnya
tentang pemandangan yang indah, danau, yang tenang dan sebagainya.
2.
Progressive Training
Adalah
prosedur teknik relaksasi dengan melatih otot-otot yang tegang agar lebih
rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Efek yang diharapkan adalah proses
neurologis akan berjalan dengan lebih baik. Karena ada beberapa pendapat yang
melihat hubungan tegangan otot dengan kecemasan, maka dengan mengendurkan
otot-otot yang tegang diharapkan tegangan emosi menurun dan demikian
sebaliknya.
3.
Meditation
Adalah
prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau perhatian pada stimulus
yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran pada kata/frase tertentu sebagai
focus perhatiannya ), biasanya dilakukan dengan menutup mata sambil duduk,
mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi dengan pernafasan yang teratur
dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta pada
waktu meditasi harus menyisakan suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga,
meskipun nampaknya orang yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat
pasif dan tidak bereaksi terhadap lingkungannya.Selain ketiga jenis di atas
relaksasi juga dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan,
minuman, keindahan panorama alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi
fisik/tubuh.
Bernstein dan Borkovec,1973; Goldfried dan Davidson,1976;
Walker dkk,1981 juga merumuskan relaksasi otot menjadi tiga macam tipe yaitu :
1.
Relaxation via tension- Relaxation
Relaksasi
otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan
otot-oto badan disini konseli diberitahu bahwa pada fase menegangkan akan
membantu dirinya untuk lebih menyadari sensasi yang berhubungan dengan
kecemasan dan sensasi-sensasi tersebut bertindak sebagai isyarat utau tanda
untuk melemaskan ketegangan. Konseli dilatih untuk melemaskan otot yang tegang
dengan cepat seolah-olah mengeluarkan ketegangan dari badan sehingga konseli
akan merasa rileks. Pada mulanya prosedur pelemasan otot-otot dengan cepat ini
dikenalkan oleh Lazarus dan Paul (dikutip oleh Goldfried dan Davidson,1976).
Otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, bisep, bahu, leher, wajah, perut,
dan kaki.
2.
Relaxation via Letting Go
Metode ini
bertujuan memperdalam relaksasi konseli dilatih untuk menyadari dan
merasakan rileksasi. Konseli dilatih untuk menyadari ketegangannya dan berusaha
sedekat mungkin untuk mengurangi serta menghilangkan ketegangan tersebut dengan
demikian, konseli akan lebih peka terhadap ketegangan dan lebih ahli dalam
mengurangi ketegangan.
3.
Differential Relaxation
Merupakan
salah satu penerapan keterampilan relaksasi progesif. Latihan relaksasi ini
dapat dilakukan dengan cara merangsang konseli untuk relaksasi yang dalam pada
otot-otot yang tidak diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu, kemudian
mengurangi ketegangan yang berlebihan pada otot-otot yang diperlukan untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Latihan relakssai ini dapat dilakukan
apabila subyek telah mencapai keadaan yang rileks. Latihan relaksasi
deferensial yang teratur akan menghasilkan penurunan tingkat ketegangan secara
umum. Hal ini akan menghasilkan berkurangnya ketegangan dan meningkatkan rasa
nyaman sewaktu individu melakukan aktivitas sehari-hari. Program yang dilakukan
untuk relaksasi diferensial, meliputi suatu seri latihan yang dimulai dari
situasi yang hanya sendiri di ruang sunyi sampai pada situasi dengan orang lain
di tempat yang ramai, dari posisi duduk sampai posisi berdiri, dari aktivitas
yang sederhana sampai aktivitas yang kompleks. Dalam teknik ini konseli diberi
sutu seri pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara lisan, tetapi dirasakan
sesuai dengan apa yang dapat atau tidak dapat dialami oleh konseli pada waktu
instruksi dilakukan.
F.
Prosedur Pelaksanaan Relaksasi
Secara umum pelasanaan
relaksasi atau penenangan dilakukan dengan cara mengendurkan urat-urat
seluruh bagian badan secara berangsur-angsur sehingga tidak ada lagi bagian
tubuh yang kejang atau kaku.
1.
Persiapan lingkungan Fisik
a. Kondisi Ruangan
Ruang yang digunakan untuk latihan
relaksasi harus tenang, segar, nyaman, dan cukup penerangan sehingga memudahkan
konseli untuk berkonsentrasi.
b. Kursi
Dalam relaksasi perlu digunakan
kursi yang dapat memudahkan individu untuk menggerakkan otot dengan konsentrasi
penuh; seperti menggunakan kursi malas, sofa, kursi yang ada sandarannya atau
mungkin dapat dilakukan dengan berbaring di tempat tidur
c. Pakaian
Saat latihan relaksasi sebaiknya
digunakan pakaian yang longgar dan hal-hal yang mengganggu jalannya relaksasi
(kacamata, jam tangan, gelang, sepatu, ikat pingga) dilepas dulu.
2.
Prosedur umum pelaksanaan relaksasi
1) Klien
dipersilahkan duduk atau tidur dalam keadan santai
2) Konselor
menjelaskan penjelasan supaya klien mengikuti perintah atau intruksi konselor
3) Konselor
memberikan intruksi dengan jelas dan nada suara menyejukan
4) Waktu yang
diberikan ±30 menit.
5) Persediaan
untuk relaksasi
a.
Pastikan diri anda merasa tenang dan selesa
b.
Pergi ke tandas dan bersihkan diri anda dahulu.
c.
Pakai pakaian yang longgar, tanggalkan cermin mata dan kasut.
d.
Pilih bilik yang sunyi, tiada gangguan dan yang sejuk dan nyaman.
e.
Duduk atau baring dalam keadaan yang selesa.
6) Prosedur untuk
teknik relaksasi
a.
Pernafasan Dalam
1.
Ini adalah teknik yang paling asas.
2.
Menarik nafas dan menghembus nafas secara dalam.
3.
Boleh dilakukan di mana-mana dan bila-bila masa.
4.
Cuba praktikkan untuk beberapa minit, 3 atau 4 kali
sehari dan apabila anda merasa
5.
tegang atau tertekan
Adapun pendapat Benson (Buchori,
2008: 10) Relaksasi adalah prosedur empat langkah yang melibatkan:
(1)
Menemukan suasana lingkungan yang tenang
(2)
Mengendorkan otot-otot tubuh secara sadar
(3) Selama
sepuluh sampai dua puluh menit memusatkan diri pada perangkat mental
(4)
Menerima dengan sikap yang pasif terhadap pikiran-pikiran yang sedang bergolak.
G.
Jenis
penenanang Untuk Relaksasi
a. Penenangan sederhana
Yaitu penenangan yang dilakuakn dengan
tekhnik-tekhnik yang sederhana dan tidak rumit. Gerakan intinya yaitu tarik
nafas secara berangsur-angsur.
b. Penenangan Penuh
Yaitu penenangan yang dilakuakan penuh
melibatkan seluruh anggota badan yang terasa kaku dan tegang.
Latihan relaksasi.
Tujuan
daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah untuk
mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan
psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi, namun yang paling
mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif. Tujuan daripada
latihan ini adalah agar atlet dapat mengenali dan membedakan keadaan rileks dan
tegang. Biasanya latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya setelah dilakukan
setiap hari selama minimal enam minggu (setiap kali latihan selama sekitar 20
menit). Sekali latihan ini dikuasai, maka semakin singkat waktu yang diperlukan
untuk bisa mencapai keadaan rileks. Bentuk daripada latihan relaksasi lainnya
adalah “autogenic training” dan berbagai latihan pernapasan. Latihan relaksasi
ini juga menjadi dasar latihan pengendalian emosi dan kecemasan. Latihan
relaksasi dapat pula dilakukan dengan bantuan alat seperti “galvanic skin
response”, “floatation tank”, dan juga berbagai paket rekaman kaset latihan
relaksasi yang mulai banyak beredar di pasaran.
PELATIHAN MENTAL RILEKSASI DI SMP N 1
SOREANG
Pelatihan
mental rileksasi yang saya laksanakan di tim futsal SMP N 1 Soreang dilaksanakan
sebanyak 4 kali. Yaitu pada saat setelah pertandingan (24,25,26,27 Mei 2013).
Namun khusus pada saat final (27 Mei 2013) teknik pelatihan mental rileksasi
diberikan sebelum pertandingan. Karena pelatih meminta agar atlet dapat tenang
dalam menghadapi partai final.
Sedangkan
langkah-langkah yang saya terapkan adalah sebagai berikut :
1. Atlet
dipersilahkan mencari tempat senyaman mungkin. Dengan jarak yang proporsional
dengan atlet lain (tidak bersinggungan bila tangan dibentangkan)
2. Atlet
tidur terlentang dengan tangan di buka lebar
3. Perlahan-lahan
mata dipejamkan dengan sikap tubuh senyaman mungkin
4. Perlahan-lahan
nafas di atur dengan merasakan tubuh senyaman mungkin
5. Atur
nafas terus senyaman mungkin
6. Dalam
hitungan ketiga tarik nafas dalam-dalam dan di tahan sampai hitungan 5
7. Kemudian
hembuskan dengan perlahan dari mulut
8. Atur
nafas kembali (beberapa saat)
9. Dalam
hitungan ketiga tarik nafas dalam-dalam dan di simpan dalam dada dan di tekan
sampai hitungan 5
10. Kemudian
hembuskan dengan perlahan dari mulut
11. Atur nafas
kembali (beberapa saat)
12. Dalam
hitungan ketiga tarik nafas dalam-dalam dan di simpan dalam perut dan di tekan
sampai hitungan 5
13. Kemudian
hembuskan dengan perlahan dari mulut
14. Atur nafas
kembali (beberapa saat)
15. Lakukan
atur nafas dan tarik nafas yang dalam nenerapa kali sampai nafas teratur dan
rileks
16. Setelah
nafas teratur. Rasakan tubuh rileks, rileks, tenang, tenang, nyaman, nyaman,
(selalu ulangi kata2 seperti tadi sampai tubuh rileks)
17. Tegangkan lengan beberapa hitungan kemudian rilek kan
18. Rasakan
tangan rilek sesuai keinginan
19. Tangan
terasa nyaman dan tenang
20. Tegangkan perut beberapa hitungan kemudian rilek kan
21. Rasakan
perut rilek sesuai keinginan
22. Perut
terasa nyaman dan tenang
23. Tegangkan tungkai beberapa hitungan kemudian rilek kan
24. Rasakan
tungkai rilek sesuai keinginan
25. Tungkai
terasa nyaman dan tenang
26. Setelah
otot otot tubuh terasa tenang. Sekarang rasakan aliran nafas, denyut nadi tubuh
dengan tenang. Paru-paru di aliri udara yang segar. Paruparu mengambil o2 dan
mengalir ke seluruh tubuh diiringi desiran darah. Denyut jantung teratur
seirama. Tubuh terasa nyaman dan menyenangkan
27. Setelah
seluruh tubuh terasa nyaman. Buka mata secara perlahan.
TEKNIK VISUALISASI
Otak kita mampu memodifikasi susunan
sarafnya yang disebut neuro-plasticity dengan memfokuskan sumberdaya
yang ada dan mengembangkan materi abu-abu di korteks. Sehingga, stimulasi yang
ditimbulkan dari proses visualisasi akan membuat otak kita menjadi lebih jago
dalam melakukan aktivitas yang dipelajari.
Aktivitas yang dilatih
berulang-ulang akan meningkatkan level keahlian kita dalam melakukannya. Dan
teknik visualisasi bisa menjadi perangkat tambahan yang akan melejitkan
keahlian tersebut. Imajinasi yang dilakukan berulang-ulang juga memiliki
pengaruh yang sama. Kemampuan otak dalam meningkatkan level keahlian seseorang
lewat repetisi disebut juga dengan istilah; memori prosedural.
Memori prosedural adalah memori
untuk melakukan sesuatu yang menjadi tuntunan dalam satu kinerja dan bisa
dilakukan tanpa terlalu disadari. Memori prosedur diutilisasi dalam eksekusi
suatu proses yang terintegrasi tanpa membutuhkan banyak atensi. Sebagai contoh,
memori prosedural digunakan waktu kita sedang mengemudi, sehingga kita semakin
lancar dalam berkendara daripada ketika pertama kali belajar mengemudi.
Pembelajaran prosedural terjadi
ketika memori prosedural bertransformasi menjadi memori implisit dan ingatan
dalam jangka panjang. Aktivitas kompleks yang dilakukan secara berulang-ulang
akan menciptakan otomatisasi sistem saraf yang terkait yang penting untuk
pengembangan kognitif dan keahlian motorik. Beberapa area otak yang terkait
saat seseorang sedang belajar meningkatkan memori proseduralnya adalah: basal
ganglia, hippocampus, cerebellum, neostriatum.
Latihan visualisasi, yaitu penggambaran atau pembayangan
secara mental dengan melibatkan seluruh indra, baik indra pendengaran,
penglihatan, peraba, penciuman, maupun pengecap tentang keadaan yang kita
inginkan. Tujuannya untuk mencapai prestasi atau keinginan yang kita harapkan.
Latihan visualisasi membutuhkan daya imajinasi yang kreatif dari seorang atlet,
karena itu latihan visualisasi juga disebut dengan imajinasi. Visualisasi
kreatif sangat bermanfaat untuk meraih target yang diharapkan. Artinya, seorang
atlet harus mempunyai tujuan terlebih dahulu sebelum melakukan visualisasi.
Agar pada saat praktek dapat di visualisasikan sesuai dengan yang kita
harapkan.
Visualisasi akan lebih efektif dan cepat dalam mencapai
tujuan, jika dibarengi dengan perasaan seolah-olah hal yang kita inginkan sudah
terjadi atau tercapai. Dalam visualisasi kita membayangkan dengan seluruh indra
secara kreatif bagaimana prosesnya berjalan dengan lancar, dan yang terpenting
membayangkan happy ending-nya, kita rasakan seakan-akan benar-benar
terjadi, merasakan rasa bahagia, rasa senang, bahkan tangis bahagia karena
tujuan kita tercapai. Visualisasi juga sangat efektif digunakan untuk
memperbaiki gerak teknik, maupun taktik.
Latihan visualisasi dan imajeri.
Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu bentuk latihan mental yang
berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan
imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru;
memperbaiki suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi
dalam pikiran; latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan
imajeri ini seringkali disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama
melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran. Namun, di dalam imajeri si
atlet bukan hanya ‘melihat’ gerakan dirinya namun juga memberfungsikan indera
pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan
imajeri, seorang atlet harus mahir dulu dalam melakukan latihan relaksasi.
Apakah
Mental Imagery Kata “mental imagery” dalam psikologi
kognitif merupakan suatu representasi situasi lingkungan dalam kognisi atau
pikiran seseorang. Sebagai suatu bentuk representasi mental, seseorang akan
mencoba untuk membayangkan, menggambarkan suatu situasi seolah ia sedang
melakukan suatu tindakan tindakan tertentu atau berada di dalam lingkungan
tertentu. Mental imagery, ada juga yang mengatakan sebagai visualisasi dan
mental rehearsal merupakan pengalaman yang dalam persepsi seseorang, dan
terjadinya tanpa kehadiran rangsangan langsung (Annie Plessinger, 2007). Definisi
Representasi Mental Representasi mental sangat erat hubungannya dengan
pembentukan pengalaman di pikiran, yang umumnya terkait dengan proses
penggambaran mental. Penggambaran mental (mental imagery) (yang dalam
keseharian sering disebut dengan istilah “visualisasi”, “melihat dengan mata
mental”, “mendengar (di) dalam kepala”, “membayangkan rasa” atau yang lainnya)
merupakan pengalaman serupa-perseptual (quasi-perceptual), namun terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal. Pengalaman perseptual merupakan pengalaman yang terjadi
di luar pikiran individu yang dapat dipahami (perceive) melalui panca indra.
Penggambaran mental sering diyakini pula terjadi secara diniatkan, contohnya
gambaran mental selalu merupakan gambar dari sesuatu, sehingga merupakan salah
satu bentuk representasi secara mental. Pemahaman sebelumnya mengenai
penggambaran mental secara visual, bentukan representasi yang paling sering
diulas, diyakini disebabkan oleh kehadiran gambar yang menyerupai representasi
(gambaran mental) di pikiran, jiwa atau otak, namun pemahaman tersebut tidak
lagi diterima secara universal. Makna dan konotasi dari penggambaran mental
PELATIHAN
MENTAL VISUALISASI DI SMP N 1 SOREANG
Pelatihan
mental visualisasi yang saya laksanakan di tim futsal SMP N 1 Soreang
dilaksanakan sebanyak 4 kali. Yaitu pada saat sebelum pertandingan (24,25,26,27
Mei 2013). Sebelum pertandingan saya memberikan pelatihan visualisasi seperti
di bawah ini namun ada juga menggunakan laptop yang menampilkan taktik-taktik. Khususnya
yang saya berikan adalah taktik ketika mendapatkan tendangan freekick dan
tendangan pojok.
Sedangkan
langkah-langkah yang saya terapkan dalam pelatihan mental visualisasi adalah
sebagai berikut :
1.
Atlet dipersilahkan mencari tempat senyaman mungkin (duduk)
2.
Atlet membuat diri senyaman mungkin
3.
Atur nafas, buat badan senyaman mungkin, pekiran
setenang mungkin
4.
Setelah atlet tenang, nyaman, pikiran tenang
5.
Berikan materi yang akan di tampilkan dalam
pertandingan (video, kombinasi gerakan dari papan strategi)
6.
Setelah itu atlet dipersilahkan menutup mata dan
membayangkan taktik atau pola gerak yang telah diberikan
7.
Setelah memberikan waktu beberapa saat, video atau
gerakan kombinasi dapat di ulang
8.
Setelah itu berikan kembali waktu bagi atlet untuk
membayangkan dalam pikirannya
9.
Kemudian memberikan waktu untuk atlet untuk
memvisualisasikan dirinya melakukan teknik-teknik dasar yang baik (passing,
control, shooting, dribbling, lobpass, dll)
10. Memberikan
waktu untuk atlet untuk memvisualisasikan dirinya melakukan pola-pola gerak
yang biasa dibutuhkan dalam permainan (wall pass, passing support, defend,
support dalam menyerang, support dalam bertahan, transisi dari menyerang ke
bertahan, transisi dari bertahan ke menyerang.
11. Memberikan
waktu untuk atlet untuk memvisualisasikan dirinya melakukan posisi dalam
pergerakan pola (2-2/prisma, 2-1-2/diamond) baik dalam bertahan maupun
menyerang
12. Memberikan
strategi khusus dalam pertandingan (sesuai taktik pelatih setelah mengamati
permainan lawan)
13. Kemudian
memberika waktu untuk atlet memvisualisasikan dirinya dalam posisi tersebut
GOAL SETTING
Locke mengusulkan model kognitif, yang dinamakan teori
tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat/intentions
(tujuan-tujuan) dengan perilaku.
Teori
ini secara relatif lempang dan sederhana. Aturan dasarnya ialah penetapan dari
tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit,
khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan
menghasilkan unjuk-kerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan yang taksa,
tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Teori tujuan, sebagaimana dengan teori
keadilan didasarkan pada intuitif yang solid.
Penelitian-penelitian
yang didasarkan pada teori ini menggambarkan kemanfaatannya bagi organisasi.
Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objectives
=MBO) menggunakan teori penetapan tujuan ini. Berdasarkan tujuan-tujuan
perusahaan, secara berurutan, disusun tujuan-tujuan untuk divisi, bagian sampai
satuan kerja yang terkecil untuk diakhiri penetapan sasaran kerja untuk setiap
karyawan dalam kurun waktu tertentu.
Penetapan
tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan
sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai
kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan
berdasarkan prakarsa sendiri, dapat seperti MBO, diwajibkan oleh organisasi
sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat
disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan
memiliki keterikatan (commitment) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan
yang telah ia tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang
lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan
sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi bahwa
keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Lima Prinsip Menetapkan Tujuan :
1.
Kejelasan
Tujuan yang terukur, jelas dan spesifik
Tujuan yang terukur, jelas dan spesifik
2.
Challenge
Salah satu karakteristik yang paling penting dari tujuan adalah tingkat tantangan.orang sering termotivasi oleh pencapaian dan mereka akan menilai tujuan berdasarkan makna prestasi yang diantisipasi. Ketika anda tahu bahwa apa yang anda lakukan akan di terima dengan baik, ada motivasi alami untuk melakukan pekerjaan yang baik.
Rewards biasanya meningkatkan tujuan lebih sulit.jika anda yakin anda akan baik kompensasi atau imbalan untuk mencapai tujuan yang menantang.
Yang akan meningkatkanantusiasme dan mendorong anda untuk menyelesaikannya.
Menetapkan tujuan yang smart link yang relevan erat dengan imbalan yang diberikan untuk mencapai tujuan yang menantang.Tujuan yang relevan akan lebih lanjut tujuan organisasi anda dan ini adalah jenis tujuanyang sebagian besar majikan akan senang hati memberikan hadiah.
Salah satu karakteristik yang paling penting dari tujuan adalah tingkat tantangan.orang sering termotivasi oleh pencapaian dan mereka akan menilai tujuan berdasarkan makna prestasi yang diantisipasi. Ketika anda tahu bahwa apa yang anda lakukan akan di terima dengan baik, ada motivasi alami untuk melakukan pekerjaan yang baik.
Rewards biasanya meningkatkan tujuan lebih sulit.jika anda yakin anda akan baik kompensasi atau imbalan untuk mencapai tujuan yang menantang.
Yang akan meningkatkanantusiasme dan mendorong anda untuk menyelesaikannya.
Menetapkan tujuan yang smart link yang relevan erat dengan imbalan yang diberikan untuk mencapai tujuan yang menantang.Tujuan yang relevan akan lebih lanjut tujuan organisasi anda dan ini adalah jenis tujuanyang sebagian besar majikan akan senang hati memberikan hadiah.
3.
Komitmen
Tujuan harus dipahami dan di sepakati jika mereka ingin menjadi efektif. Karyawan lebih cenderung “membeli,menjadi” tujuan jika mereka merasa, mereka adalah bagian dari menciptakan tujuan itu.
Tujuan harus dipahami dan di sepakati jika mereka ingin menjadi efektif. Karyawan lebih cenderung “membeli,menjadi” tujuan jika mereka merasa, mereka adalah bagian dari menciptakan tujuan itu.
4.
Umpan balik
Selain memilih jenis yang tepat sasaran, tujuan program yang efektif harus mencakupi umpan balik.saran dan masukan memberika kesempatan untuk memperjelas harapan, tujuan menyesuaikan kesulitan dan mendapatkan pengakuan.
Selain memilih jenis yang tepat sasaran, tujuan program yang efektif harus mencakupi umpan balik.saran dan masukan memberika kesempatan untuk memperjelas harapan, tujuan menyesuaikan kesulitan dan mendapatkan pengakuan.
5.
Kompleksitas Tugas
Faktor terakhir dalam penentuan sasaran perkenalan teori dua persyaratan untuk sukses.untuk tujuan atau tugas yang sangat komploeks, lebih berhati hati untuk memastikan bahwa pekerjaan itu tidak berlebihan.
Faktor terakhir dalam penentuan sasaran perkenalan teori dua persyaratan untuk sukses.untuk tujuan atau tugas yang sangat komploeks, lebih berhati hati untuk memastikan bahwa pekerjaan itu tidak berlebihan.
Goal
setting adalah suatu proses penetapan sasaran atau tujuan dalam bidang
pekerjaan. Goal setting juga merupakan suatu gagasan untuk menetapkan. Tenaga
kerja melaksanakan suatu pekerjaan dimana tugas yang diberikan sudah ditetapkan
targetnya atau sasarannya. Goal setting jua merupakan manajemen penetapan
sasaran atau tujuan untuk keberhasilan mencapai kinerja (performance). Lebih
lanjut dijelaskan penerapan penetapan tujuanyang efektif membutuhkan tiga
langkah yaitu : menjelaskan arti dan maksud penetapan target tersebut,
menetapkan target target yang jelas, dan memberikan umpan balik terhadap pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan.
Ada beberapa langkah dalam menerapkan Goal setting dari perspektif manajemen yaitu : Diagnosis kesiapan, mempersiapkan tenaga kerja berkenaan dengan interaksi antara individu, komunikasi, pelatihan (training) dan perencanaan, penekanan pada sasaran yang harus diketahui dan dimengerti oleh manajer dan bawahannya, mengevaluasi tindak lanjut untuk penyesuaian sasaran yang ditentukan, dan menegevaluasi tindak lanjut akhir untuk memeriksa cara pengerjaan dan modifikasi yang ditentukan.
Factor yang mempengaruhi goal setting adalah : Penerimaan (acceptance), komitmen (commitment), kejelasan (specifity), umpan balik (feedback), partisipasi (participation), tantangan (challenger),
Ada beberapa langkah dalam menerapkan Goal setting dari perspektif manajemen yaitu : Diagnosis kesiapan, mempersiapkan tenaga kerja berkenaan dengan interaksi antara individu, komunikasi, pelatihan (training) dan perencanaan, penekanan pada sasaran yang harus diketahui dan dimengerti oleh manajer dan bawahannya, mengevaluasi tindak lanjut untuk penyesuaian sasaran yang ditentukan, dan menegevaluasi tindak lanjut akhir untuk memeriksa cara pengerjaan dan modifikasi yang ditentukan.
Factor yang mempengaruhi goal setting adalah : Penerimaan (acceptance), komitmen (commitment), kejelasan (specifity), umpan balik (feedback), partisipasi (participation), tantangan (challenger),
Produktivitas
sebenarnya berasal dari kerangka kerja pelaksanaan kegiatan organisasi antara
lain berasal dari sasaran atau tujuan yang ditargetkan dengan dari perencanaan
dan evaluasi, dari hasil monitoring dan asasmenya serta dari umpan balik hasil
kerja yang berhasil dicapai.
Produktivitas itu ditentukan oleh pengembangan teknologi prestasi tenaga kerja. Prestasi atau kinerja ini adalah hasil gabungan dari motivasi dan kecakapan tenaga kerja.
Untuk memotivasi tenaga kerja menaikkan produktivitas, langkah yang harus ditempuh adalah menjelaskan apa yang dimulai atau dilanjutkan oleh tenaga kerja. Oleh karena itu produktivitas harus dijabarkan dalam bidang permasalahan tugas yang akan dilaksanakan.
Produktivitas itu ditentukan oleh pengembangan teknologi prestasi tenaga kerja. Prestasi atau kinerja ini adalah hasil gabungan dari motivasi dan kecakapan tenaga kerja.
Untuk memotivasi tenaga kerja menaikkan produktivitas, langkah yang harus ditempuh adalah menjelaskan apa yang dimulai atau dilanjutkan oleh tenaga kerja. Oleh karena itu produktivitas harus dijabarkan dalam bidang permasalahan tugas yang akan dilaksanakan.
Penetapan
target / tujuan (goal setting) dalam olahraga amat penting bagi perkembangan
keperibadian para atlet dan dapat menjadi suatu strategi psikologis dalam
meniti dan meraih prestasi puncak.
Konsep dasar goal setting dalam olahraga
Konsep dasar goal setting dalam olahraga
1.
Konsep Dasar Tentang “goal setting”
“Goal setting” dipandang sebagai salah satu teknik dan strategi psikologis untuk membantu atlet mengembangkan keperibadian dan untuk mencapai prestasi.
“Goal setting” dipandang sebagai salah satu teknik dan strategi psikologis untuk membantu atlet mengembangkan keperibadian dan untuk mencapai prestasi.
2.
Teori Tentang Hubungan “goal setting” dengan Prestasi
puncak. Ada dua pendekatan teori untuk menggambarkan bagaimana suatu tujuan mempengaruhi prestasi kerja pada umumnya, yaitu:
a. teori mekanistik, bahwa tujuan – tujuan dapat mempengaruhi prestasi kerja dalam beberapa cara:
- tujuan dapat mengarahkan perhatian dan tindakan pelakunya kepada aspek kepentingan tugas
- tujuan dapat membantu para pelakunya menggerakan usahanya
- tujuan- tujuan tidak hanya meningkatkan usaha jangka pendek, tetapi juga membantu usaha jangka panjang, atau meningkatkan ketekunan seseorang
b. teori kognitif, memfokuskan terhadap bagaimana “goal setting” mempengaruhi prestasi kerja dalam lingkungan olahraga.
puncak. Ada dua pendekatan teori untuk menggambarkan bagaimana suatu tujuan mempengaruhi prestasi kerja pada umumnya, yaitu:
a. teori mekanistik, bahwa tujuan – tujuan dapat mempengaruhi prestasi kerja dalam beberapa cara:
- tujuan dapat mengarahkan perhatian dan tindakan pelakunya kepada aspek kepentingan tugas
- tujuan dapat membantu para pelakunya menggerakan usahanya
- tujuan- tujuan tidak hanya meningkatkan usaha jangka pendek, tetapi juga membantu usaha jangka panjang, atau meningkatkan ketekunan seseorang
b. teori kognitif, memfokuskan terhadap bagaimana “goal setting” mempengaruhi prestasi kerja dalam lingkungan olahraga.
3.
beberapa penelitian tentang kefektifan “goal setting”
Hasil penelitian menunjukan bahwa “goal setting” jelas memmudahkan dalam pencapaian prestasi seseorang. Olah karena itu, dalam beberapa review tentang hasil-hasil penelitian psikologis secara jelas menujukkan bahwa “goal setting” merupakan suatu teknik yang kokoh untuk meningkatkan prestasi kerja.
petunjuk praktis dalam menetapkan tujuan
1. petunjuk praktis penetapan target / tujuan (goal setting)
untuk merancang atau menetapkan target / tujuan “goal setting”, ada beberapa langkah yang harus ditempuh sebagai petunjuk praktis, yaitu:
- tetapkan target / tujuan yang akan dicapai dalam rumusan yang operasional (menggunakan terminologi perilaku yang dapat diukur)
- tetapkan target / tujuan yang memiliki tingakat kesulitan, namun realistic
- tetapkan target / tujuan jangka pendek dan jangka panjang
- tetapkan target / tujuan penampilan yang dibandingkan dengan target / tujuan yang akan dicapai
- tetapkan target / tujuan untuk latihan dan untuk pertandingan
- tetapkan target / tujuan yang positif dibandingkan dengan target / tujuan yang negatif
- identifikasi target harian untuk mencapai target / tujuan akhir
- identifikasi strategi-strategi pencapaian target / tujuan yang telah ditetapkan
- catatlah target / tujuan yang telah berhasil dicapai
- lakukanlah evaluasi terhadap target / tujuan baik yang berhasil dicapai ataupun yang tidak berahasil dicapai
- sediakan system pendukung untuk mencapai target / tujuan tersebut
Hasil penelitian menunjukan bahwa “goal setting” jelas memmudahkan dalam pencapaian prestasi seseorang. Olah karena itu, dalam beberapa review tentang hasil-hasil penelitian psikologis secara jelas menujukkan bahwa “goal setting” merupakan suatu teknik yang kokoh untuk meningkatkan prestasi kerja.
petunjuk praktis dalam menetapkan tujuan
1. petunjuk praktis penetapan target / tujuan (goal setting)
untuk merancang atau menetapkan target / tujuan “goal setting”, ada beberapa langkah yang harus ditempuh sebagai petunjuk praktis, yaitu:
- tetapkan target / tujuan yang akan dicapai dalam rumusan yang operasional (menggunakan terminologi perilaku yang dapat diukur)
- tetapkan target / tujuan yang memiliki tingakat kesulitan, namun realistic
- tetapkan target / tujuan jangka pendek dan jangka panjang
- tetapkan target / tujuan penampilan yang dibandingkan dengan target / tujuan yang akan dicapai
- tetapkan target / tujuan untuk latihan dan untuk pertandingan
- tetapkan target / tujuan yang positif dibandingkan dengan target / tujuan yang negatif
- identifikasi target harian untuk mencapai target / tujuan akhir
- identifikasi strategi-strategi pencapaian target / tujuan yang telah ditetapkan
- catatlah target / tujuan yang telah berhasil dicapai
- lakukanlah evaluasi terhadap target / tujuan baik yang berhasil dicapai ataupun yang tidak berahasil dicapai
- sediakan system pendukung untuk mencapai target / tujuan tersebut
Penetapan sasaran (goal-setting).
Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang
harus dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari
mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa
diukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan.
Selain itu pencapaian sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa secara bersama-sama
antara atlet dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh terlalu mudah, namun
sekaligus bukan sesuatu yang mustahil dapat tercapai. Jadi, sasaran tersebut
harus dapat memberikan tantangan bahwa jika atlet bekerja keras maka sasaran
tersebut dapat tercapai. Dengan demikian penetapan sasaran ini sekaligus dapat
pula berfungsi sebagai pembangkit motivasi.
http://zackyubaid.blogspot.com/2010/07/latihan-mental-bagi-atlet-elit.html
PELATIHAN
MENTAL GOAL SETTING DI SMP N 1 SOREANG
Pelatihan
mental goal setting yang saya laksanakan di tim futsal SMP N 1 Soreang
dilaksanakan hanya satu kali. Yaitu pada tanggal 19 Mei 2013 jam 09.00 wib. Bertempat
di ruangan GOR KONI Kabupaten Bandung.
Sedangkan
langkah-langkah yang saya terapkan adalah sebagai berikut :
1. Atlet
dipersilahkan mencari tempat dan duduk senyaman mungkin.
2. Atlet
diberikan kertas dan pulpen
3. Sekarang
tuliskan nama, umur, dan cabang olahraga di kertas yang telah disediakan sesuai
dengan contoh format
4. Tuliskan
tahun sekarang dan tahun perkiraan kematian
masing-masing sesuai dengan contoh format
5. Sekarang
pikirkan apa saja keinginan atau hal-hal
yang ingin di capai sejak tahun ini sampai tahun kematian kita nanti 9berikan
waktu berpikir beberapa saat)
6. Setelah
dirasa cukup. Tuliskan keinginan-keinginan tersebut di kertas yang telah
disediakan sesuai dengan contoh format
7. Setelah
selesai menulis. Jelaskan pentingnya memiliki tujuan yang jelas dalam
kehidupan. bahkan akan lebih baik bila tujuan tersebut dituliskan. Sehingga
kita memiliki tujuan yang jelas dalam hidup dan langkah apa-apa saja yang akan
kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
8. Sekarang
pikirkan apa yang diinginkan dan akan dilakukan
pada saat nanti akan melakukan
uji coba jam 3 siang. Melakukan passing yang baik, defend yang ketat,
pergerakan tanpa bola, kontrol yang baik, dll.
9. Setelah
itu tuliskan di kertas yang telah disediakan sesuai dengan contoh format.
10. Kemudian
jelaskan dan tekankan pentingnya mengaplikasikan tulisan tadi dalam uji coba yang akan dilaksanakan.
Setelah melakukan uji coba saya
juga melaksanakan evaluasi tentang goal setting yang telah dibuat atau ditulis
dengan aplikasi atlet dilapangan. Namun evaluasi ini tidak terlalu formal,
hanya dengan ngobrol dan saling berbicara antara pelatih dan atlet
TEKNIK PENGURANGAN KEPEKAAN
(DESENSITISASI SISTEMATIK)
A. Konsep Dasar dan
Pengertian
Desensitisasi Sistematis dikembangkan oleh Joseph
Wolpe pada awal tahun 1950. Istilah desensitisasi merupakan usaha untuk
memperkenalkan secara bertahap stimulus atau situasi-situasi yang menimbulkan
ketakutan. Merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus tingkahlaku yang
diperkuat secara negatif, dan menyertakan pemunculan tingkahlaku atau respon
yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Wolpe (1958),
sebagai pengembang teknik desensitisasi berargumentasi bahwa segenap tingkah
laku neurotik adalah ungkapan dari kecemasan dan respons kecemasan dapat
dihapus oleh penemuan 24 respons yang secara inheren berlawanan dengan respons
tersebut. (Misalnya, dengan pengkondisian klasikal). Asumsi dasar teknik ini
adalah respon ketakutan merupakan perilaku yang dipelajari dan dapat dicegah
dengan menggantikan aktivita yang berlawanan dengan respon ketakutan tersebut.
Respon khusus yang dihambat oleh proses perbaikan (treatment) ini berupa
kecemasan-kecemasan atau perasaan takut yang kurang beralasan; dan respon yang
sering dijadikan pengganti atas kecemasan tersebut adalah relaksasi atau
penenangan
Teknik desensitisasi sitematis merupakan salah satu
teknik perubahan perilaku yang didasari teori atau pendekatan behavioral
klasikal yang memandang manusia atau kepribadian manusia pada hakikatnya adalah
perilaku yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari interaksi individu
dengan lingkungannya. Perhatian behavioral adalah pada perilaku yang nampak,
sehingga terapi tingkah laku mendasarkan diri pada penerapan teknik dan
prosedur yang berakar pada teori belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip
belajar secara sistematis dalam proses perubahan perilaku menuju kearah yang
lebih adaptif. Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku
serta untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih dapat menyesuaikan.
Prinsip dasar Desensitisasi adalah memasukkan suatu respon yang bertentangan
dengan kecemasan yaitu relaksasi
1. Arwin Zoelfatas (107 : 2009)
menyatakan bahwa desensitisasi merupakan teknik konseling behavioral yang
memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami
dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Prosedurnya adalah memasukkan suatu
respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar
untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan.
2. Desensitisasi pada hakekatnya
merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat
secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang
berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.(Erta wa
Isyqikahttp://ermahfir.blogspot.com)
B. Tujuan
Tujuan
teknik desensitisasi sistematis adalah :
a.
Teknik desensitisasi sistematis bermaksud mengajar konseli untuk memberikan
respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami konseli.
b.
Mengurangi sensitifitas emosional yang berkaitan dengan kelainan pribadi atau
masalah sosial.
c.
Menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien
untuk rileks.
d.
Menghapus tingkah laku negatif seperti kecemasan.
C. Manfaat
1. Menghilangkan
tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang
berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian
klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
2. Menghilangkan
perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan
dengan perilaku yang akan dihilangkan
3. Desensitisasi
sistematis sering digunakan untuk mengurangi maladaptasi kecemasan yang
dipelajari lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat diterapkan pada
masalah lain.
4. Dengan teknik
desensitisasi sistematis konseli dapat melemahkan atau mengurangi perilaku
negatifnya tanpa menghilangkannya.
5. Konseli mampu
mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus ada konselor
yang memandu
6. Desensitisasi
sistematis merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus perilaku yang
diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan dan disertakan respon yang
berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik,
respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
7. Desensitisasi
sistematis sering digunakan untuk mengurangi maladaptasi kecemasan yang
dipelajari lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat diterapkan pada
masalah lain.
8. Dengan teknik
desensitisasi sistematis konseli dapat melemahkan atau mengurangi perilaku
negatifnya tanpa menghilangkannya.
9. Konseli mampu
mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus ada konselor
yang memandu
D. Karakteristik
Tekhnik Desensitisasi.
Adapun karakteristik atau ciri-ciri terapeutik
teknik desensitisasi sistematis menurut pendekatan behavioral adalah:
a.
Merupakan suatu teknik melemahkan respon terhadap stimulus yang
tidak menyenangkan dan mengenalkan stimulus yang berlawanan
(menyenangkan)
b.
Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi
c.
Merupakan perpaduan dari beberapa teknik
E. Prosedure
a.
Analisis Perilaku yang menimbulkan masalah (kecemasan/ketakutan)
b.
Menyusun Hierarkhi atau jenjang-jenjang situasi yang menimbulkan masalah
(ketakutan/kecemasan) dari yang kurang hingga yang paling mencemaskan klien.
c.
Memberi latihan-latihan relaksasi otot-otot yang dimulai dari lengan hingga
otot kaki. Kaki klien diletakkan di atas bantal atau kain wool. Secara terinci
relaksasi otot dimulai dari lengan, kepala, kemudian leher dan bahu, bagian
belakang, perut dan dada, dan kemudian anggota bagian bawah.
d.
Klien diminta membayangkan situasi yang menyenangkannya seperti di pantai, di
tengah taman yang hijau dan lain-lain.
e.
Klien disuruh memejamkan mata, kemudian disuruh membayangkan situasi yang
kurang mencemaskan. Bila klien sanggup tanpa cemas atau gelisah, berarti
situasi tersebut dapat diatasi klien. Demikian seterusnya hingga ke situasi
yang paling mencemaskan.
f . Bila
pada suatu situasi klien merasa cemas/gelisah, konselor memerintahkan klien
agar membayangkan situasi yang menyenangkan tadi untuk menghilangkan rasa
kecemasan/ketakutan yang baru saja terjadi
g.
Menyusun Hierarki atau jenjang kecemasan harus bersama klien, dan konselor
menuliskannya pada selembar kertas.
http://misscounseling.blogspot.com/2011/04/tehnik-relaksasi-dandesensitisasi.html
PELATIHAN
MENTAL PENGURANGAN LEPEKAAN DI SMP N 1
SOREANG
Pelatihan
mental pengurangan kepekaan yang saya laksanakan di tim futsal SMP N 1 Soreang
dilaksanakan hanya satu kali. Yaitu pada tanggal 27 Mei 2013 jam 11.00 wib. Bertempat
di SMA N 17 Bandung.
Pemberian
pelatihan mental pengurangan kepekaan ini sebenarnya diluar perencanaan. Namun didesak
oleh situasi kalahnya tim futsal SMP N 1 Soreang pada parta final sehingga saya
berinisiatif untuk memberikan pelatihan mental ini.
Sedangkan
langkah-langkah yang saya lakukan adalah sebagai berikut :
1.
Atlet di bawa ke tempat yang tenang jauh dari suasana
pertandingan serta hiruk pikuknya
2.
Atlet terlebihdahulu di beri pendinginan dan rileksasi
3.
Setelah atlet merasa tenang (dari sisi tubuh namun dari
sisi psikologis masih terguncang)
4.
Tim beserta pelatih kemudian memberikan pujian kepada
tim yang telah mempersiapkan dengan maksimal, melakoni laga final dengan
seluruh kemampuan yang ada.
5.
Memberiakan pujian pada setiap pemain (satu persatu)
dari permainan yang telah ditapilkan di laga final
6.
Pelatih tidak menghrapkan juara, karna juara adalah
hasil akhir yang banyak dipengaruhi oleh factor keberuntungan. Yang diinginkan
pelatih adalah setiap pemain mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Dan itu telah
dilakukan oleh setiap atlet. Maka pelatih bangga memiliiki atlet seperti anda
semua.
7.
Kita melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. Mulai
dari istirahat setelah pertandingan kemarin, makan teratur, tidur tepat waktu,
bangun tepat waktu, sarapan tepat waktu, datang ke pertandingan lebih awal,
mempersiapkan strategi terbaik yang telah di analisis dari permainan lawan.
Jadi kita pantas berbangga hati. Karna kita melakoni laga ini dengan 100%.
Tidak ada ada kata penyesalan di benak kita semua. Karna inilah kita “menang
dengan rendah hati, dan kita kalah dengan harga diri”
8.
Sekarang saatnya tegakkan kepala, busungkan dada, kita
bangga akan tim dan keluarga yang kita miliki.