Konsep Dasar Pembelajaran
Diajukan
Untuk memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Kurikulum &
Pembelajaran
Dosen
Pengasuh
Dr.
Deni Kurniawan, M.Pd.
Disusun
Oleh
1.
Rama Rudiyanto (1104620)
2.
Latib Mustofa ( 1104409)
3.
Bayu Setia Aji N (1104412)
4.
Herdiansyah Agus (1103805)
5.
Yogi Rifki N (1105945)
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Bandung
2011
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji syukur kita panjatkan kahadirat
Allah SWT, yang atas rahmat-Nya, Sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Konsep Dasar Pembelajaran”.
Dalam penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kesalahan-kesalahan, baik pada teknis maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat
dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Aamiin,
Wassalamu’alaikum Wr Wb
1.
Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori,
sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah.
Jika teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar
pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran. Pada uraian ini
akan dibahas beberapa tema yang berkaitan dengan pembekalan terhadap pemahaman
tentang pembelajaran. Diantaranya juga akan berhubungan dengan landasan-landasan
filsafat, psikologi, sosiologi, dan komunikasi.
2.
Hakikat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar juga merupakan proses
melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28). Sejalan dengan
konsepdi atas Cronbach (Surya, 1979:28) menyatakan, “Learning may be defined as the process by which a relavitely enduring
change in behviour occurs as result of experience
or practice”. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa indikator belajar
ditujukan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Sedangkan Witherington (1952) menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan
dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola –pola respon yang
berupa ketrampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan beberapa
hal yang menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:
a.
Belajar
merupakan suatu proses
b.
Dalam
belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen
c.
Hasil
belajar ditujukan dengan aktivitas
d.
Adanya
peranan kepribadian dalam proses belajar
Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sisi
kognitif, Menurut Bigge (1982) yaitu berhubungan dengan perubahan-perubahan
tentang kekuatan variabel-variabel hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi,
hubungan-hubungan dan kebiasaan, atau kecenderungan perilaku. Bahwa proses
belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi dimana ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi
rintangan-rintangan yang terjadi secara
tidak sadar. Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah
laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan.
Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai
unsur yang berkaitan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta
belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar yang memberikan
kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Dengan demikian maka manifestasi belajar
atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Gagne
dan Brigg, (1988:105), menyatakan bahwa perbuatan hasil belajar menghasilkan
perubahan dalam tingkah laku dalam aspek: a. Kemampuan membedakan, b. Konsep
kongkrit, c. Konsep terdefinisi, d. Nilai, e. Nilai/aturan tingkat tinggi, f.
Strategi kognitif, g. Informasi verbal, h. Sikap, dan, i. Keterampilan motorik.
3.
Landasan Konsep Pembelajaran
A.
Fisafat
Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki
dalam membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan
dalam kehidupannya. Secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pda
manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami,
mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan, dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran
sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang
dicita-citakan manusia. Harapan filosofis bahwa dengan belajar maka segala
kebenaran di alam semesta ini bisa dinikmati oleh manusia yang pada akhirnya
akan menyadari manusia bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan. Dengan
demikian filsafat apapun yang telah menjadi hasil pikir manusia maka kaitannya
dengan belajar, ibarat siklus bahwa dengan filsafat manusia bisa mempelajari
(belajar) tentang segala sesuatu, sebaliknya dengan aktivitas belajar maka
pemikiran-pemikiran tentang belajar terus berkembang dan banyak ditemukan
sehingga membawa pada warna inovasi ide dan pemikiran manusia sepanjang zaman.
B.
Psikologi
Perilaku
manusia berubah karena belajar, maka perilaku yang masih dicari inilah dapat
dikaitkan dengan kajian dari Ilmu Psikologi. Psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala
kejiwaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan
dalam proses belajar. Diantara psikolog yang banyak dan memang masih bertahan
menjadi landasan pokok dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yaitu Psikologi Kognitif dan Psikologi
Behavioristik. Masih banyak aliran
psikologi lainnya, namun kedua aliran psikologi ini sangat dominan dalam
menentukan arah aktivitas manusia dalam melakukan proses pembelajaran.
C.
Soiologis
Manusia
adalah makhluk individu dan sosial, maka melalui belajar individu bisa
mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan akhirnya melalui
belajar manusia mampu membangun masyarakat sampai dengan negara dan bangsa.
Landasan sosiologis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan inovasi
pembelajaran yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistik.
Maka pemahaman akan belajar yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang
sangat dibutuhkan.
D.
Komunikasi
Pendidikan
dan komunikasi ibarat sekali tiga uang yang satu memberikan pemaknaan terhadap
yang lainnya. Dalam kenyataannya proses belajar atau pembelajaran akan
menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa
dengan siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu
proses komunikasi. Landasan komunikasi ini akan banyak memberikan warna dalam
bentuk pendekatan, model, metode dan strategi pembelajaran, serta pola-pola
inovasi pembelajaran. Proses inilah yang masih berkembang saat ini di dunia
riset yaitu bagaimana seorang guru mapu melakukan variasi komunikasi dalam
proses pembelajaran yang tentunya dengan memperhatikan komponen pembelajaran
lainnya khusunya peserta didik, dan model pembelajaran yang digunakan.
4.
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan
menggunakan sarana serta mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan baik
dalam SAP. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran dapat melalui tatap
muka di dalam ruang kelas dan dapt melalui media elektronik sesuai dengan
pengaturan di dalam SAP. Proses pembelajaran melalui internet mendorong
mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya
dengan para dosen, dan mahasiswa lain di samping mengembara di dalam dunia
pengetahuan lain.
5.
Perkembangan Konsep Dasar Pembelajaran
Pembelajaran (Instruction)
merupakan akumulasi dari konsep belajar mengajar (Teaching) dan konsep belajar (Learning).
Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan
aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem
sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta
didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat
atau media yang harus dipersiapkan. Menurut Davis (1974:30) bahwa learning system menyangkut
pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas,
pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku
pembelajaran untuk mencapai tujuan. Demikian halnya juga dengan teaching system, dimana komponen
perencana mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan
langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai
tujuan.
Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar
kelancaran proses pembelajaran. Menurut Meier (2002:103) bahwa semua
pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni, Persiapan (preparation), Penyampaian (presentation), Pelatihan (practice), Penampilan Hasil (performance).
A.
Persiapan (Preparation)
Tahap
persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa
itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Persiapan
pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika
dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan
yang sehat.
Berdasarkan
hal diatas, maka tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat peserta
belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan
datang dan menempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar.hal tersebut
dapat dilakukan dengan memberi sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi
manfaat, memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. Tahap ini juga bertujuan
membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan fisik, emosional, sosial
yang positif. Banyak orang mempunyai perasaan negatif tentang belajar. Jika
mereka tidak menggantikan sugesti negatif ini dengan yang positif, maka
pembelajaran mereka akan terhalang.
Sugesti,
baik positif maupun negatif, akan tercipta oleh lingkungan belajar itu sendiri.
Jika lingkungan fisik mengilhami perasaan negatif dan mengingatkan orang pada pengalaman
yang tidak manusiawi, maka lingkungan itu akan memberi pengaruh negatif pada
pembelajaran. Sehingga diperlukan alternatif lingkungan yang memberi kesan
gembira, positif dan membangkitkan semangat. Sebuah lingkungan yang menimbulkan
asosiatif positif dan berperasaan dalam setiap orang, seperti dengan menata
tempat duduk secara dinamis, menghiasi ruang belajar, atau apa yang ada dalam
lingkungan belajar yang dapat menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan
belajar peserta didik, termasuk dengan kehangatan musik. Pembelajaran
memerlukan gambaran yang jelas tentang tujuan suatu pelajaran dan apa yang
dapat mereka lakukan sebagai hasinya.
Ada
garis lurus antara tujuan dan manfaat. Peserta belajar dapat belajar paling
baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa
pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka secara pribadi.
Oleh karena itu, penting sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar
sesuatu agar orang merasa terkait dengan topik pelajaran itu secara positif.
Untuk
mempersiapkan orang mendapatkan pengalaman belajar yang optimal, diperlukan
lingkungan kerjasama sejak awal. Kerjasama membantu peserta belajar mengurangi
stres dan lebih banyak memanfaatkan energinya untuk belajar. Kerjasama antar
peserta belajar menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan berbagai
wawasan, gagasan, dan informasi mengalir bebas.
Hubungan
atau interaksi selama pembelajaran dapat dikatakan sebagai inti kecerdasan.
Semakin sering orang saling menghubungkan pengetahuan dan wawasan mereka,
semakin cerdas lah ia. Aktivitas belajar membutuhkan peran serta semua pihak.
Upaya belajar benar-benar bergantung pada peserta belajar, salah satu tujuan
penyiapan peserta belajar adalah mengajaknya memasuki dunia kanak-kanak mereka,
sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang sendiri.
Dunia
kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan, kebebasan, kegembiraan, dan rasa ingin
tahu yang sangat besar. Merangsang rasa ingin tahu peserta belajar sangat
membantu upaya mendorong peserta belajar agar terbuka dan siap belajar.
Pembelajaran akan mandeg jika tidak ada sesuatu yang bisa menimbulkan rasa
ingin tahu. Jika rasa ingin tahu berkembang, maka ini akan membuat individu
kembali hidup dan membuat mereka merasa siap melebihi diri mereka sebelumnya
dan inilah inti pembelajaran yang baik.
B.
Penyampaian (Presentation)
Tahapan
penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta
belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan
menarik. Presentasi berarti pertemuan, dimana fasilitator dapat memimpin,
tetapi peserta belajar yang harus menjalani pertemuan itu. Belajar adalah
menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukakn
semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus
utama.
Tujuan
tahap penyampaian adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang
baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra
dan cocok untuk semua gaya belajar. Selain itu dapat dilakukan dengan
presentasi interaktif, melalui aneka macam cara yang disesuaikan dengan seluruh
gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkan kemitraan dan
berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan memberikan pengalaman belajar
di dunia nyata yang konstektual serta melalui pelatihan memecahkan masalah.
C.
Latihan (Practice)
Dalam
tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Peranan intruktur atau
pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menciptakan suasana yang
mendukung kelancaran pelatihan. Dengan kata lain tugas instruktur atau pendidik
adalah menyusun konteks peserta belajar dapat menciptakan isi yang bermakna
mengenai materi belajar yang sedang dibahas.
Peranan
instruktur adalah mengajak peserta belajar yang baru dengan cara yang dapat
membantu mereka memadukannya kedalam struktur pengetahuan makna dan
keterampilan internal yang tertanam dalam dirinya.
Tujuan
tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap
pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Seperti aktivitas
pemrosesan, permainan dalam belajar, aktivitas pemecahan masalah dan refleksi
dan artikulasi individu, dialog berpasangan atau kelompok, pengajaran dan
tinjauan kolaboratif termasuk aktivitas praktis dalam membangun keterampilan
lainnya.
D.
Penampilan Hasil (Performance)
Belajar
adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Banyak
orang mengabaikan tahap ini, padahal ini sangat penting disadari bahwa tahap
ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap
penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat
dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus
pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan
keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri
mereka sendiri, organisasi dan klien organisasi. Tujuan tahap penampilan hasil
adalah membantu peserta belajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan
penampilan hasil akan terus meningkat seperti; penerapan didunia maya dalam
tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktivitas penguatan
penerapan. Artinya, jika keempat unsur tersebut ada, maka pembelajaran dapat
dikatakan berlangsung.
Jika
salah satu keempat unsur tersebut tidak ada, maka belajarpun cenderung merosot
atau tehenti sama sekali. Mengenai rintangan ini, banyak orang yang menyimpan
perasaan negatif mengenai belajar tanpa menyadari. Berdasarkan pengalaman masa
lalu, mereka munkin mengaitkan situasi belajar formal dengan pengurungan,
kebosanan, hal-hal yang tidak relevan, rasa takut dipermalukan, dan stres. Jika
rintangan-rintangan ini tidak diatasi, maka belajar cepat dan efektif akan
terhenti sebelum dimulai.
Pembelajaran
akan terganggu jika orang tidak diberi cukup waktu untuk menyerap pengetahuan
dan keterampilan baru ke dalam struktur diri mereka saat itu ke dalam
organisasi internal mereka menyangkut makna, kepercayaan dan keterampilan.
Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap peserta belajar, tetapi pengetahuan
adalah sesuatu yang diciptakan peserta belajar.
6. Hasil Belajar Dalam Pembelajaran
Secara
keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan sempurna
jika berhenti pada definisi atau proses. Maka kami akan menguraiakan tentang
yang dihasilkan dati suatu proses pembelajaran. Berikut uraian dari kaitan
antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat
belajar khususnya peserta didik.
A. Hasil Belajar
Bloom (1956),
mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Adapun enam tingkatan dalam hal itu, yaitu pengetahuan, pemahaman, pengertian,
aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif
maupun psikomotor.
Proses perubahan dapat terjadi dari
yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan
masalah dan perntingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh factor internal, yaitu
factor-faktor yang ada dalam diri siswa dan factor eksternal yaitu
factor-faktor yang berada di luar diri pelajar. Yang termasuk ke dalam factor
internal diantaranya:
- Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
- Factor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan yang meliputi:
- Faktor intelektual yangterdiri atas:
- Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
- Faktor actual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
- Faktor nonintelektual, yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
- Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong factor eksternal ialah
- Faktor sosial yang terdiri atas:
- Faktor lingkungan keluarga.
- Faktor lingkungan sekolah.
- Faktor lingkungan masyarakat.
- Faktor kelompok.
- Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), kesenian dan sebagainya.
- Faktor lingkungan fisik, diantaranya fasilitas rumah, faslitas belajar, iklim dan lain-lain.
- Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling
berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruji hasi
belajar yang dicapai seseorang. Karena adanya factor-faktor tertentu yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, inteligensi dan
kecemasaan.
B. Motivasi Menuju Hasil Proses
Pembelajaran
Pengaruh motivasi dalam hal ini adalah
motivasi baik intern maupun ekstern terhadap hasil belajar yang dimaksud adalah
hasil belajar bahasa inggris. Motivasi merupakan tenaga penggerak yang
mempengruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam
suatu perilaku. Adapun menurut McClelland (1953) yang dikutif oleh Max Darsono,
(1989:99) menyatakan motif adalah suatu energizer atau sumber
tenaga penggerak, dalam suatu konsep yang diperlukan untuk menjalankan
aktifitas organisme. Motif umumnya dipandang suatu diposisi pribadi artinya
bersifat potensial. Pada pernyataan tersebut motif merupakan suatu sumber
tenaga dalam kondisi tertentu yang biasanya dimiliki oleh setiap individu
secara langsung dan motif ini biasanya memberikan arah untuk memilih kesiapan
tindakan yang akan dilakukan yang disesuaikan denga kebutuhan dan arahan.
Menurut jenisnya, motif dibedakan menjadi motif primer dan sekunder, yang
diikuti oleh Syamsudin (1990), yang dikutif oleh Subhana, membedakan motif
sebagai berikut:
- Motif primer atau motif dasar menunjukan kepada motif yang tidak dipajari yang sering juga digunakan istilah dorongan.
- Motif sekunder menunjukan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari. Ke dalam golongan ini termasuk:
- Takut yang dipelajari.
- Motif-motif social (ingin dihargai, diterima, persetujuan, status, merasa aman, dll).
- Motof-motif objektif dan eksplorasi.
- Maksud dan aspirasi.
- Motif berprestasi.