Setiap pagi dan sore hari, terutama pada jam-jam sibuk mahasiswa, terlihat pemandangan yang mulai familiar di lingkungan kampus UPI Bumi Siliwangi. Mahasiswa maupun mahasiswi berjalan hilir-mudik menuju gedung fakultas dan jurusannya masing-masing ataupun sebaliknya. Ada yang berjalan sendirian, ada yang berjalan berkelompok, ada yang berjalan pelan sambil membaca buku, ada yang berjalan tergesa-gesa, dan ada juga yang berjalan sambil bersenda-gurau dengan teman-temannya. Sungguh pemandangan lingkungan kampus pendidikan yang indah sekali.
Berjalan kaki merupakan salah satu bentuk olahraga yang sangat praktis. Yang mana olahraga merupakan kebutuhan dasar dari kehidupan manusia. Karena olahraga adalah gerak. Sedangkan gerak adalah salah satu ciri dari mahluk hidup. Olahraga berjalan kaki memilki banyak manfaat, diantaranya : mudah untuk memulainya, meningkatkan kemampuan otak, membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, dan memperpanjang umur (5 Alasan Sehat untuk Mulai Olahraga dengan Berjalan Kaki, 2012). Sehingga diharapakan olahraga khas kampus UPI Bumi Siliwangi ini dapat dilestarikan dan memberikan manfaat kepada seluruh mahawiswa.
Dewasa ini dapat kita amati salah satu kebijakan kampus UPI yang sedikit menggelitik untuk dikritisi. Yaitu pengadaan alat transpotasi massal gratis yang berkeliling kampus UPI Bumi Siliwangi. Yang mana kendaraan berwarna hijau ini berkeliling kampus UPI mulai dari pagi sampai petang seraya membawa mahasiswa dari satu tempat ke tempat lainnya secara cuma-cuma. Yang tentu saja akan mengurangi jumlah mahasiswa yang berjalan sehat di dalam kampus UPI.
Dari beberapa sisi mungkin kebijakan ini memiliki manfaat dan tujuan tertentu yang positif. Namun dari kaca mata kebiasaan olahraga jalan sehat, terlihat indikasi akan tergerusnya kebudayaan positif yang satu ini. Yang mana terdengar berita bahwasanya angkutan massal ini akan segera diperbanyak.
Setelah lokalisasi parkir roda dua, sebagian besar mahasiswa dan pengamat olahraga dari kalangan dosen FPOK berharap agar lokalisasi kendaraaan roda empat segera dapat direalisasikan. Namun seperti kata pepatah “gayung bersambut, apa daya tangan tak sampai” justru angkutan massal gratis menjadi kebijakan terbaru kampus UPI.
Angkutan massal gratis seperti ini bukanlah hal yang baru. Kampus tetangga (UNPAD) telah terlebih dahulu memulainya beberapa tahun yang lalu. Karna memang kampus UNPAD Jatinangor terkenal sangat luas. Dengan kontur geografis kampus yang berbukit-bukit. Maka wajar jika dibutuhkan angkutan massal gratis bagi mahasiswa UNPAD.
Namun apabila kita mengamati kamus UPI Bumi Siliwangi yang memiliki luas hanya kurang lebih 61 hektar (UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Informasi, Lokasi). Dan dengan kontur geografis yang tidak terlalu naik-turun (berbukit-bukit). Dapat dikatakan kampus UPI Bumi Siliwangi tidak terlalu membutuhkan angkutan massal gratis. Terlebih lagi olahraga jalan sehat yang sedang membudaya dewasa ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan dapat menjadi identitas yang khas bagi kampus UPI Bumi Siliwangi.
UPI mengidap penyakit budaya latah atau krisis identitas..?