selamat datang

welcome,
selamat datang teman,


dimohonkan kepada teman-teman yang membuka file tugas kuliah agar menjadikannya hanya sebagai referensi, dan bukan untuk di copy-paste, terima kasih...


search

Jumat, 14 Juni 2013

LAPORAN PELATIHAN MENTAL INDIVIDU RELAKSASI, VISUALISASI, GOAL SETTING, DAN PENGURANGAN KEPEKAAN DI SMP N 1 SOREANG


LAPORAN PELATIHAN MENTAL INDIVIDU
RELAKSASI, VISUALISASI, GOAL SETTING, DAN PENGURANGAN KEPEKAAN
DI SMP N 1 SOREANG

Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu pada mata kuliah psikologi kepelatihan
Dosen pengasuh :
Drs. Rusli Ibrahim, MA


Herdiansyahagus
1103805

Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia`
Bandung
2013


TEKNIK RELAKSASI

A.      Pengertian Relaksasi
1.    Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2000).
2.    Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006)
3.    Menurut Thantawy (1997: 67) “relaksasi adalah teknik mengatasi kekhawatiran/kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau bersumber pada obyek-obyek tertentu”. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman.
4.    Menurut pendapat Cormier dan Cormier, 1985 (Abimanyu dan Manrihu, 1996:320)Relaksasi dapat diartikan sebagai usaha untuk mengajari seseorang untuk relaks, dengan menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang dan perasaan-perasaan relaks kelompok-kelompok otot utama seperti tangan, muka, dan leher, dada, bahu, punggung, perut, dan kaki.
5.    Relaksasi merupakan upaya sejenak untuk melupakan kecemasan dan mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang menyenagkan Relaksasi dapat memutuskan pikiran-pikiran negatife yang menyertai kecemasan (Greenberg,2000)
6.    Chaplin (1975) memberi pengertian relaksasi sebagai kembalinya otot ke keadaan istirahat setelah kontraksi. Atau relaksasi merupakan suatu keadaan tegang yang rendah dengan tanpa adanya emosi yang kuat.
7.    Sedangkan menurut Hakim (2004: 41) relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran senetral mungkin atau tidak memikirkan apapun.
8.    Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan pikiran dan anggota tubuh seperti otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki.

B.       Manfaat Relaksasi
Ada beberapa manfaat dari penggunaan teknik relaksasi:
 Burn (dikutip oleh Beech dkk, 1982) melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi, antara lain:
1.        Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan karena adanya stress
2.        Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi
3.        Mengurangi tingkat kecemasan
4.        Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara atau sebagainya
5.        Penelitian menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering terjadi selama periode stress, misalnya naiknya jumlah rokok yang dihisap, konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan, dan makanan yang berlebih-lebihan
6.        Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan penampilan fisik
7.        Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi dengan menggunakan ketrampilan relaksasi
8.        Kesadaran diri tentang keadaan fisiologis seseorang dapat meningkat sebagai hasil dari relaksasi, sehingga memungkinkan individu untuk menggunakan ketrampilan relaksasi untuk timbulnya rangsangan fisiologis
9.        Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dalam operasi, seperti pada persalinan yang alami, relaksasi tidak hanya mengurangi kecemasan tetapi juga memudahkan pergerakan bayi melalui cervix
10.    Konsekuensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa tingkat harga diri dan keyakinan diri individu meningkat sebagai hasil kontrol yang meningkat terhadap reaksi stress
11.    Meningkatkan hubungan antar personal
 Menurut Welker,dkk,dalam Karyono,1994; penggunaan teknik relaksasi memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:
1.         Memberikan ketenangan batin bagi individu
2.         Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah
3.         Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa
4.         Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur menjadi nyenyak
5.         Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit
6.         Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik
7.         Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau keyakinan
8.         Meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain
9.         bermanfaat untuk penderita neurosis ringan, insomnia, perasaan lelah dan tidak enak badan
10.     Mengurangi hiperaktif pada anak-anak, dapat mengontrol gagap, mengurangi merokok, mengurangi phobia, dan mengurangi rasa sakit sewaktu gangguan pada saat menstruasi serta dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan.
Terapi relaksasi dilakukan untuk mencegah dan mengurangi ketegangan pikiran dan otot - otot akibat stres karena ketegangan dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Bila ketegangan terjadi maka tubuh akan menjadi lemah dan akibatnya tubuh tidak dapat melakukan fungsinya secara optimal.
Relaksasi penting apabila anda mempunyai gejala seperti berikut:
a.       Berdebar-debar
b.      Sakit kepala
c.       Berpeluh
d.      Susah untuk bernafas
e.       Paras glukos darah yang tidak terkawal
f.       Keadaan badan yang tidak selesa seperti ketidakcernaan,sembelit dan kegelisahan.
g.      Kepenatan atau susah hendak tidur.
h.      Ketegangan otot terutama otot ditengkuk dan otot bahu.
i.        Susah untuk memberi tumpuan dan mudah risau.
j.        Kurang sabar, mudah tersinggung dan cepat marah.
k.      Hilang selera makan atau makan berlebihan.
l.        Hilang minat terhadap seks.

C.       Tujuan
1.         Melegakan stress untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah hendak tidur,sakit kepala disebabkan tekanan dan asthma
2.         Membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik.
3.         Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang menegangkan.

D.      Karakteristik
1.         Merupakan metode untuk mengembalikan tubuh dalam kondisi homeostatis sehingga konseli dapat kembali tenang.
2.         Relaksasi tidak menganggap penting usaha pemecahan masalah penyebab terjadinya ketegangan melainkan menciptakan kondisi individu yang lebih nyaman dan menyenangkan

E.       Jenis-jenis teknik relaksasi
Lichstein (1988), mengemukakan jenis-jenis teknik relaksai antara lain:
1.         Autogenic Training yaitu suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan (imagery) sensasi-sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh seperti kepala, dada, lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan, pergelangan tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau rileks pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan pelan. Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau, yang tenang dan sebagainya.
2.         Progressive Training
Adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih otot-otot yang tegang agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Efek yang diharapkan adalah proses neurologis akan berjalan dengan lebih baik. Karena ada beberapa pendapat yang melihat hubungan tegangan otot dengan kecemasan, maka dengan mengendurkan otot-otot yang tegang diharapkan tegangan emosi menurun dan demikian sebaliknya.
3.         Meditation
Adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran pada kata/frase tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya dilakukan dengan menutup mata sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi dengan pernafasan yang teratur dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta pada waktu meditasi harus menyisakan suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga, meskipun nampaknya orang yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat pasif dan tidak bereaksi terhadap lingkungannya.Selain ketiga jenis di atas relaksasi juga dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan, minuman, keindahan panorama alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi fisik/tubuh.
Bernstein dan Borkovec,1973; Goldfried dan Davidson,1976; Walker dkk,1981 juga merumuskan relaksasi otot menjadi tiga macam tipe yaitu :
1.    Relaxation via tension- Relaxation
Relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-oto badan disini konseli diberitahu bahwa pada fase menegangkan akan membantu dirinya untuk lebih menyadari sensasi yang berhubungan dengan kecemasan dan sensasi-sensasi tersebut bertindak sebagai isyarat utau tanda untuk melemaskan ketegangan. Konseli dilatih untuk melemaskan otot yang tegang dengan cepat seolah-olah mengeluarkan ketegangan dari badan sehingga konseli akan merasa rileks. Pada mulanya prosedur pelemasan otot-otot dengan cepat ini dikenalkan oleh Lazarus dan Paul (dikutip oleh Goldfried dan Davidson,1976). Otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, bisep, bahu, leher, wajah, perut, dan kaki.
2.    Relaxation via Letting Go
Metode ini bertujuan  memperdalam relaksasi konseli dilatih untuk menyadari dan merasakan rileksasi. Konseli dilatih untuk menyadari ketegangannya dan berusaha sedekat mungkin untuk mengurangi serta menghilangkan ketegangan tersebut dengan demikian, konseli akan lebih peka terhadap ketegangan dan lebih ahli dalam mengurangi ketegangan.
3.    Differential Relaxation
Merupakan salah satu penerapan keterampilan relaksasi progesif. Latihan relaksasi ini dapat dilakukan dengan cara merangsang konseli untuk relaksasi yang dalam pada otot-otot yang tidak diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu, kemudian mengurangi ketegangan yang berlebihan pada otot-otot yang diperlukan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Latihan relakssai ini dapat dilakukan apabila subyek telah mencapai keadaan yang rileks. Latihan relaksasi deferensial yang teratur akan menghasilkan penurunan tingkat ketegangan secara umum. Hal ini akan menghasilkan berkurangnya ketegangan dan meningkatkan rasa nyaman sewaktu individu melakukan aktivitas sehari-hari. Program yang dilakukan untuk relaksasi diferensial, meliputi suatu seri latihan yang dimulai dari situasi yang hanya sendiri di ruang sunyi sampai pada situasi dengan orang lain di tempat yang ramai, dari posisi duduk sampai posisi berdiri, dari aktivitas yang sederhana sampai aktivitas yang kompleks. Dalam teknik ini konseli diberi sutu seri pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara lisan, tetapi dirasakan sesuai dengan apa yang dapat atau tidak dapat dialami oleh konseli pada waktu instruksi dilakukan.

F.        Prosedur Pelaksanaan Relaksasi
Secara umum pelasanaan relaksasi  atau penenangan dilakukan dengan cara mengendurkan urat-urat seluruh bagian badan secara berangsur-angsur sehingga tidak ada lagi bagian tubuh yang kejang atau kaku.
1.        Persiapan lingkungan Fisik
a.    Kondisi Ruangan
Ruang yang digunakan untuk latihan relaksasi harus tenang, segar, nyaman, dan cukup penerangan sehingga memudahkan konseli untuk berkonsentrasi.
b.    Kursi
Dalam relaksasi perlu digunakan kursi yang dapat memudahkan individu untuk menggerakkan otot dengan konsentrasi penuh; seperti menggunakan kursi malas, sofa, kursi yang ada sandarannya atau mungkin dapat dilakukan dengan berbaring di tempat tidur
c.    Pakaian
Saat latihan relaksasi sebaiknya digunakan pakaian yang longgar dan hal-hal yang mengganggu jalannya relaksasi (kacamata, jam tangan, gelang, sepatu, ikat pingga) dilepas dulu.
2.         Prosedur umum pelaksanaan relaksasi
1)        Klien dipersilahkan duduk atau tidur dalam keadan santai
2)        Konselor menjelaskan penjelasan supaya klien mengikuti perintah atau intruksi konselor
3)        Konselor memberikan intruksi dengan jelas dan nada suara menyejukan
4)        Waktu yang diberikan ±30 menit.
5)        Persediaan untuk relaksasi
a.    Pastikan diri anda merasa tenang dan selesa
b.     Pergi ke tandas dan bersihkan diri anda dahulu.
c.    Pakai pakaian yang longgar, tanggalkan cermin mata dan kasut.
d.   Pilih bilik yang sunyi, tiada gangguan dan yang sejuk dan nyaman.
e.    Duduk atau baring dalam keadaan yang selesa.
6)        Prosedur untuk teknik relaksasi
a.          Pernafasan Dalam
1.         Ini adalah teknik yang paling asas.
2.         Menarik nafas dan menghembus nafas secara dalam.
3.         Boleh dilakukan di mana-mana dan bila-bila masa.
4.         Cuba praktikkan untuk beberapa minit, 3 atau 4 kali sehari dan apabila anda merasa
5.         tegang atau tertekan
Adapun pendapat Benson (Buchori, 2008: 10) Relaksasi adalah prosedur empat langkah yang melibatkan:
(1) Menemukan suasana lingkungan yang tenang
(2) Mengendorkan otot-otot tubuh secara sadar
(3) Selama sepuluh sampai dua puluh menit memusatkan diri pada perangkat mental
(4) Menerima dengan sikap yang pasif terhadap pikiran-pikiran yang sedang bergolak.

G.      Jenis penenanang Untuk Relaksasi
a.    Penenangan sederhana
Yaitu penenangan yang dilakuakn dengan tekhnik-tekhnik yang sederhana dan tidak rumit. Gerakan intinya yaitu tarik nafas secara berangsur-angsur.
b.    Penenangan Penuh
Yaitu penenangan yang dilakuakan penuh melibatkan seluruh anggota badan yang terasa kaku dan tegang.


Latihan relaksasi.
Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi, namun yang paling mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif. Tujuan daripada latihan ini adalah agar atlet dapat mengenali dan membedakan keadaan rileks dan tegang. Biasanya latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya setelah dilakukan setiap hari selama minimal enam minggu (setiap kali latihan selama sekitar 20 menit). Sekali latihan ini dikuasai, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk bisa mencapai keadaan rileks. Bentuk daripada latihan relaksasi lainnya adalah “autogenic training” dan berbagai latihan pernapasan. Latihan relaksasi ini juga menjadi dasar latihan pengendalian emosi dan kecemasan. Latihan relaksasi dapat pula dilakukan dengan bantuan alat seperti “galvanic skin response”, “floatation tank”, dan juga berbagai paket rekaman kaset latihan relaksasi yang mulai banyak beredar di pasaran.

           


      PELATIHAN MENTAL RILEKSASI DI SMP N 1 SOREANG
Pelatihan mental rileksasi yang saya laksanakan di tim futsal SMP N 1 Soreang dilaksanakan sebanyak 4 kali. Yaitu pada saat setelah pertandingan (24,25,26,27 Mei 2013). Namun khusus pada saat final (27 Mei 2013) teknik pelatihan mental rileksasi diberikan sebelum pertandingan. Karena pelatih meminta agar atlet dapat tenang dalam menghadapi partai final.
Sedangkan langkah-langkah yang saya terapkan adalah sebagai berikut :
1.      Atlet dipersilahkan mencari tempat senyaman mungkin. Dengan jarak yang proporsional dengan atlet lain (tidak bersinggungan bila tangan dibentangkan)
2.      Atlet tidur terlentang dengan tangan di buka lebar
3.      Perlahan-lahan mata dipejamkan dengan sikap tubuh senyaman mungkin
4.      Perlahan-lahan nafas di atur dengan merasakan tubuh senyaman mungkin
5.      Atur nafas terus senyaman mungkin
6.      Dalam hitungan ketiga tarik nafas dalam-dalam dan di tahan sampai hitungan 5
7.      Kemudian hembuskan dengan perlahan dari mulut
8.      Atur nafas kembali (beberapa saat)
9.      Dalam hitungan ketiga tarik nafas dalam-dalam dan di simpan dalam dada dan di tekan sampai hitungan 5
10.  Kemudian hembuskan dengan perlahan dari mulut
11.  Atur nafas kembali (beberapa saat)
12.  Dalam hitungan ketiga tarik nafas dalam-dalam dan di simpan dalam perut dan di tekan sampai hitungan 5
13.  Kemudian hembuskan dengan perlahan dari mulut
14.  Atur nafas kembali (beberapa saat)
15.  Lakukan atur nafas dan tarik nafas yang dalam nenerapa kali sampai nafas teratur dan rileks
16.  Setelah nafas teratur. Rasakan tubuh rileks, rileks, tenang, tenang, nyaman, nyaman, (selalu ulangi kata2 seperti tadi sampai tubuh rileks)
17.  Tegangkan  lengan beberapa hitungan kemudian rilek kan
18.  Rasakan tangan rilek sesuai keinginan
19.  Tangan terasa nyaman dan tenang
20.  Tegangkan  perut beberapa hitungan kemudian rilek kan
21.  Rasakan perut rilek sesuai keinginan
22.  Perut terasa nyaman dan tenang
23.  Tegangkan  tungkai beberapa hitungan kemudian rilek kan
24.  Rasakan tungkai rilek sesuai keinginan
25.  Tungkai terasa nyaman dan tenang
26.  Setelah otot otot tubuh terasa tenang. Sekarang rasakan aliran nafas, denyut nadi tubuh dengan tenang. Paru-paru di aliri udara yang segar. Paruparu mengambil o2 dan mengalir ke seluruh tubuh diiringi desiran darah. Denyut jantung teratur seirama. Tubuh terasa nyaman dan menyenangkan
27.  Setelah seluruh tubuh terasa nyaman. Buka mata secara perlahan.





















TEKNIK VISUALISASI
Otak kita mampu memodifikasi susunan sarafnya yang disebut neuro-plasticity dengan memfokuskan sumberdaya yang ada dan mengembangkan materi abu-abu di korteks. Sehingga, stimulasi yang ditimbulkan dari proses visualisasi akan membuat otak kita menjadi lebih jago dalam melakukan aktivitas yang dipelajari.
Aktivitas yang dilatih berulang-ulang akan meningkatkan level keahlian kita dalam melakukannya. Dan teknik visualisasi bisa menjadi perangkat tambahan yang akan melejitkan keahlian tersebut. Imajinasi yang dilakukan berulang-ulang juga memiliki pengaruh yang sama. Kemampuan otak dalam meningkatkan level keahlian seseorang lewat repetisi disebut juga dengan istilah; memori prosedural.
Memori prosedural adalah memori untuk melakukan sesuatu yang menjadi tuntunan dalam satu kinerja dan bisa dilakukan tanpa terlalu disadari. Memori prosedur diutilisasi dalam eksekusi suatu proses yang terintegrasi tanpa membutuhkan banyak atensi. Sebagai contoh, memori prosedural digunakan waktu kita sedang mengemudi, sehingga kita semakin lancar dalam berkendara daripada ketika pertama kali belajar mengemudi.
Pembelajaran prosedural terjadi ketika memori prosedural bertransformasi menjadi memori implisit dan ingatan dalam jangka panjang. Aktivitas kompleks yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan otomatisasi sistem saraf yang terkait yang penting untuk pengembangan kognitif dan keahlian motorik. Beberapa area otak yang terkait saat seseorang sedang belajar meningkatkan memori proseduralnya adalah: basal ganglia, hippocampus, cerebellum, neostriatum.
Latihan visualisasi, yaitu penggambaran atau pembayangan secara mental dengan melibatkan seluruh indra, baik indra pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman, maupun pengecap tentang keadaan yang kita inginkan. Tujuannya untuk mencapai prestasi atau keinginan yang kita harapkan. Latihan visualisasi membutuhkan daya imajinasi yang kreatif dari seorang atlet, karena itu latihan visualisasi juga disebut dengan imajinasi. Visualisasi kreatif sangat bermanfaat untuk meraih target yang diharapkan. Artinya, seorang atlet harus mempunyai tujuan terlebih dahulu sebelum melakukan visualisasi. Agar pada saat praktek dapat di visualisasikan sesuai dengan yang kita harapkan.

Visualisasi akan lebih efektif dan cepat dalam mencapai tujuan, jika dibarengi dengan perasaan seolah-olah hal yang kita inginkan sudah terjadi atau tercapai. Dalam visualisasi kita membayangkan dengan seluruh indra secara kreatif bagaimana prosesnya berjalan dengan lancar, dan yang terpenting membayangkan happy ending-nya, kita rasakan seakan-akan benar-benar terjadi, merasakan rasa bahagia, rasa senang, bahkan tangis bahagia karena tujuan kita tercapai. Visualisasi juga sangat efektif digunakan untuk memperbaiki gerak teknik, maupun taktik.
Latihan visualisasi dan imajeri. Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru; memperbaiki suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran; latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan imajeri ini seringkali disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran. Namun, di dalam imajeri si atlet bukan hanya ‘melihat’ gerakan dirinya namun juga memberfungsikan indera pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan imajeri, seorang atlet harus mahir dulu dalam melakukan latihan relaksasi.
Apakah Mental Imagery Kata “mental imagery” dalam psikologi kognitif merupakan suatu representasi situasi lingkungan dalam kognisi atau pikiran seseorang. Sebagai suatu bentuk representasi mental, seseorang akan mencoba untuk membayangkan, menggambarkan suatu situasi seolah ia sedang melakukan suatu tindakan tindakan tertentu atau berada di dalam lingkungan tertentu. Mental imagery, ada juga yang mengatakan sebagai visualisasi dan mental rehearsal merupakan pengalaman yang dalam persepsi seseorang, dan terjadinya tanpa kehadiran rangsangan langsung (Annie Plessinger, 2007). Definisi Representasi Mental Representasi mental sangat erat hubungannya dengan pembentukan pengalaman di pikiran, yang umumnya terkait dengan proses penggambaran mental. Penggambaran mental (mental imagery) (yang dalam keseharian sering disebut dengan istilah “visualisasi”, “melihat dengan mata mental”, “mendengar (di) dalam kepala”, “membayangkan rasa” atau yang lainnya) merupakan pengalaman serupa-perseptual (quasi-perceptual), namun terjadi tanpa adanya stimulus eksternal. Pengalaman perseptual merupakan pengalaman yang terjadi di luar pikiran individu yang dapat dipahami (perceive) melalui panca indra. Penggambaran mental sering diyakini pula terjadi secara diniatkan, contohnya gambaran mental selalu merupakan gambar dari sesuatu, sehingga merupakan salah satu bentuk representasi secara mental. Pemahaman sebelumnya mengenai penggambaran mental secara visual, bentukan representasi yang paling sering diulas, diyakini disebabkan oleh kehadiran gambar yang menyerupai representasi (gambaran mental) di pikiran, jiwa atau otak, namun pemahaman tersebut tidak lagi diterima secara universal. Makna dan konotasi dari penggambaran mental















PELATIHAN MENTAL VISUALISASI DI SMP N 1 SOREANG
Pelatihan mental visualisasi yang saya laksanakan di tim futsal SMP N 1 Soreang dilaksanakan sebanyak 4 kali. Yaitu pada saat sebelum pertandingan (24,25,26,27 Mei 2013). Sebelum pertandingan saya memberikan pelatihan visualisasi seperti di bawah ini namun ada juga menggunakan laptop yang menampilkan taktik-taktik. Khususnya yang saya berikan adalah taktik ketika mendapatkan tendangan freekick dan tendangan pojok.
Sedangkan langkah-langkah yang saya terapkan dalam pelatihan mental visualisasi adalah sebagai berikut :
1.      Atlet dipersilahkan mencari tempat senyaman  mungkin (duduk)
2.      Atlet membuat diri senyaman mungkin
3.      Atur nafas, buat badan senyaman mungkin, pekiran setenang mungkin
4.      Setelah atlet tenang, nyaman, pikiran tenang
5.      Berikan materi yang akan di tampilkan dalam pertandingan (video, kombinasi gerakan dari papan strategi)
6.      Setelah itu atlet dipersilahkan menutup mata dan membayangkan taktik atau pola gerak yang telah diberikan
7.      Setelah memberikan waktu beberapa saat, video atau gerakan kombinasi dapat di ulang
8.      Setelah itu berikan kembali waktu bagi atlet untuk membayangkan dalam pikirannya
9.      Kemudian memberikan waktu untuk atlet untuk memvisualisasikan dirinya melakukan teknik-teknik dasar yang baik (passing, control, shooting, dribbling, lobpass, dll)
10.  Memberikan waktu untuk atlet untuk memvisualisasikan dirinya melakukan pola-pola gerak yang biasa dibutuhkan dalam permainan (wall pass, passing support, defend, support dalam menyerang, support dalam bertahan, transisi dari menyerang ke bertahan, transisi dari bertahan ke menyerang.
11.  Memberikan waktu untuk atlet untuk memvisualisasikan dirinya melakukan posisi dalam pergerakan pola (2-2/prisma, 2-1-2/diamond) baik dalam bertahan maupun menyerang
12.  Memberikan strategi khusus dalam pertandingan (sesuai taktik pelatih setelah mengamati permainan lawan)
13.  Kemudian memberika waktu untuk atlet memvisualisasikan dirinya dalam posisi tersebut
GOAL SETTING

Locke mengusulkan model kognitif, yang dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat/intentions (tujuan-tujuan) dengan perilaku.
Teori ini secara relatif lempang dan sederhana. Aturan dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan menghasilkan unjuk-kerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan yang taksa, tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Teori tujuan, sebagaimana dengan teori keadilan didasarkan pada intuitif yang solid.
Penelitian-penelitian yang didasarkan pada teori ini menggambarkan kemanfaatannya bagi organisasi.
Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objectives =MBO) menggunakan teori penetapan tujuan ini. Berdasarkan tujuan-tujuan perusahaan, secara berurutan, disusun tujuan-tujuan untuk divisi, bagian sampai satuan kerja yang terkecil untuk diakhiri penetapan sasaran kerja untuk setiap karyawan dalam kurun waktu tertentu.
Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, dapat seperti MBO, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki keterikatan (commitment) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.

Lima Prinsip Menetapkan Tujuan :
1.      Kejelasan
Tujuan yang terukur, jelas dan spesifik

2.       Challenge
Salah satu karakteristik yang paling penting dari tujuan adalah tingkat tantangan.orang sering termotivasi oleh pencapaian dan mereka akan menilai tujuan berdasarkan makna prestasi yang diantisipasi. Ketika anda tahu bahwa apa yang anda lakukan akan di terima dengan baik, ada motivasi alami untuk melakukan pekerjaan yang baik.
Rewards biasanya meningkatkan tujuan lebih sulit.jika anda yakin anda akan baik kompensasi atau imbalan untuk mencapai tujuan yang menantang.
Yang akan meningkatkanantusiasme dan mendorong anda untuk menyelesaikannya.
Menetapkan tujuan yang smart link yang relevan erat dengan imbalan yang diberikan untuk  mencapai tujuan yang menantang.Tujuan yang relevan akan lebih lanjut tujuan organisasi anda dan ini adalah jenis tujuanyang sebagian besar majikan akan senang hati memberikan hadiah.

3.      Komitmen
Tujuan harus dipahami dan di sepakati jika mereka ingin menjadi efektif. Karyawan lebih cenderung “membeli,menjadi” tujuan jika mereka merasa, mereka adalah bagian dari menciptakan tujuan itu.

4.      Umpan balik
Selain memilih jenis yang tepat sasaran, tujuan program yang efektif harus mencakupi umpan balik.saran dan masukan memberika kesempatan untuk memperjelas harapan, tujuan menyesuaikan kesulitan dan mendapatkan pengakuan.

5.      Kompleksitas Tugas
Faktor terakhir dalam penentuan sasaran perkenalan teori dua persyaratan untuk sukses.untuk tujuan atau tugas yang sangat komploeks, lebih berhati hati untuk memastikan bahwa pekerjaan itu tidak berlebihan.

Goal setting adalah suatu proses penetapan sasaran atau tujuan dalam bidang pekerjaan. Goal setting juga merupakan suatu gagasan untuk menetapkan. Tenaga kerja melaksanakan suatu pekerjaan dimana tugas yang diberikan sudah ditetapkan targetnya atau sasarannya. Goal setting jua merupakan manajemen penetapan sasaran atau tujuan untuk keberhasilan mencapai kinerja (performance). Lebih lanjut dijelaskan penerapan penetapan tujuanyang efektif membutuhkan tiga langkah yaitu : menjelaskan arti dan maksud penetapan target tersebut, menetapkan target target yang jelas, dan memberikan umpan balik terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan.
Ada beberapa langkah dalam menerapkan Goal setting dari perspektif manajemen yaitu : Diagnosis kesiapan, mempersiapkan tenaga kerja berkenaan dengan interaksi antara individu, komunikasi, pelatihan (training) dan perencanaan, penekanan pada sasaran yang harus diketahui dan dimengerti oleh manajer dan bawahannya, mengevaluasi tindak lanjut untuk penyesuaian sasaran yang ditentukan, dan menegevaluasi tindak lanjut akhir untuk memeriksa cara pengerjaan dan modifikasi yang ditentukan.
Factor yang mempengaruhi goal setting adalah : Penerimaan (acceptance), komitmen (commitment), kejelasan (specifity), umpan balik (feedback), partisipasi (participation), tantangan (challenger),
Produktivitas sebenarnya berasal dari kerangka kerja pelaksanaan kegiatan organisasi antara lain berasal dari sasaran atau tujuan yang ditargetkan dengan dari perencanaan dan evaluasi, dari hasil monitoring dan asasmenya serta dari umpan balik hasil kerja yang berhasil dicapai.
            Produktivitas itu ditentukan oleh pengembangan teknologi prestasi tenaga kerja. Prestasi atau kinerja ini adalah hasil gabungan dari motivasi dan kecakapan tenaga kerja.
Untuk memotivasi tenaga kerja menaikkan produktivitas, langkah yang harus ditempuh adalah menjelaskan apa yang dimulai atau dilanjutkan oleh tenaga kerja. Oleh karena itu produktivitas harus dijabarkan dalam bidang permasalahan tugas yang akan dilaksanakan.
Penetapan target / tujuan (goal setting) dalam olahraga amat penting bagi perkembangan keperibadian para atlet dan dapat menjadi suatu strategi psikologis dalam meniti dan meraih prestasi puncak.
Konsep dasar goal setting dalam olahraga

1. Konsep Dasar Tentang “goal setting”
“Goal setting” dipandang sebagai salah satu teknik dan strategi psikologis untuk membantu atlet mengembangkan keperibadian dan untuk mencapai prestasi.

2. Teori Tentang Hubungan “goal setting” dengan Prestasi
puncak. Ada dua pendekatan teori untuk menggambarkan bagaimana suatu tujuan mempengaruhi prestasi kerja pada umumnya, yaitu:
a. teori mekanistik, bahwa tujuan – tujuan dapat mempengaruhi prestasi kerja dalam beberapa cara:
- tujuan dapat mengarahkan perhatian dan tindakan pelakunya kepada aspek kepentingan tugas
- tujuan dapat membantu para pelakunya menggerakan usahanya
- tujuan- tujuan tidak hanya meningkatkan usaha jangka pendek, tetapi juga membantu usaha jangka panjang, atau meningkatkan ketekunan seseorang
b. teori kognitif, memfokuskan terhadap bagaimana “goal setting” mempengaruhi prestasi kerja dalam lingkungan olahraga.

3. beberapa penelitian tentang kefektifan “goal setting”
Hasil penelitian menunjukan bahwa “goal setting” jelas memmudahkan dalam pencapaian prestasi seseorang. Olah karena itu, dalam beberapa review tentang hasil-hasil penelitian psikologis secara jelas menujukkan bahwa “goal setting” merupakan suatu teknik yang kokoh untuk meningkatkan prestasi kerja.

petunjuk praktis dalam menetapkan tujuan
1. petunjuk praktis penetapan target / tujuan (goal setting)
untuk merancang atau menetapkan target / tujuan “goal setting”, ada beberapa langkah yang harus ditempuh sebagai petunjuk praktis, yaitu:
- tetapkan target / tujuan yang akan dicapai dalam rumusan yang operasional (menggunakan terminologi perilaku yang dapat diukur)
- tetapkan target / tujuan yang memiliki tingakat kesulitan, namun realistic
- tetapkan target / tujuan jangka pendek dan jangka panjang
- tetapkan target / tujuan penampilan yang dibandingkan dengan target / tujuan yang akan dicapai
- tetapkan target / tujuan untuk latihan dan untuk pertandingan
- tetapkan target / tujuan yang positif dibandingkan dengan target / tujuan yang negatif
- identifikasi target harian untuk mencapai target / tujuan akhir
- identifikasi strategi-strategi pencapaian target / tujuan yang telah ditetapkan
- catatlah target / tujuan yang telah berhasil dicapai
- lakukanlah evaluasi terhadap target / tujuan baik yang berhasil dicapai ataupun yang tidak berahasil dicapai
- sediakan system pendukung untuk mencapai target / tujuan tersebut

Penetapan sasaran (goal-setting). Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa diukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan. Selain itu pencapaian sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa secara bersama-sama antara atlet dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh terlalu mudah, namun sekaligus bukan sesuatu yang mustahil dapat tercapai. Jadi, sasaran tersebut harus dapat memberikan tantangan bahwa jika atlet bekerja keras maka sasaran tersebut dapat tercapai. Dengan demikian penetapan sasaran ini sekaligus dapat pula berfungsi sebagai pembangkit motivasi.
http://zackyubaid.blogspot.com/2010/07/latihan-mental-bagi-atlet-elit.html






PELATIHAN MENTAL GOAL SETTING DI SMP N 1 SOREANG
Pelatihan mental goal setting yang saya laksanakan di tim futsal SMP N 1 Soreang dilaksanakan hanya satu kali. Yaitu pada tanggal 19 Mei 2013 jam 09.00 wib. Bertempat di ruangan GOR KONI Kabupaten Bandung.
Sedangkan langkah-langkah yang saya terapkan adalah sebagai berikut :
1.      Atlet dipersilahkan mencari tempat dan duduk senyaman mungkin.
2.      Atlet diberikan kertas dan pulpen
3.      Sekarang tuliskan nama, umur, dan cabang olahraga di kertas yang telah disediakan sesuai dengan contoh format
4.      Tuliskan tahun sekarang dan tahun perkiraan kematian  masing-masing sesuai dengan contoh format
5.      Sekarang pikirkan apa saja keinginan  atau hal-hal yang ingin di capai sejak tahun ini sampai tahun kematian kita nanti 9berikan waktu berpikir beberapa saat)
6.      Setelah dirasa cukup. Tuliskan keinginan-keinginan tersebut di kertas yang telah disediakan sesuai dengan contoh format
7.      Setelah selesai menulis. Jelaskan pentingnya memiliki tujuan yang jelas dalam kehidupan. bahkan akan lebih baik bila tujuan tersebut dituliskan. Sehingga kita memiliki tujuan yang jelas dalam hidup dan langkah apa-apa saja yang akan kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
8.      Sekarang pikirkan apa yang diinginkan dan akan dilakukan  pada saat nanti akan  melakukan uji coba jam 3 siang. Melakukan passing yang baik, defend yang ketat, pergerakan tanpa bola, kontrol yang baik, dll.
9.      Setelah itu tuliskan di kertas yang telah disediakan sesuai dengan contoh format.
10.  Kemudian jelaskan dan tekankan pentingnya mengaplikasikan tulisan  tadi dalam uji coba yang akan dilaksanakan.
                                               
            Setelah melakukan uji coba saya juga melaksanakan evaluasi tentang goal setting yang telah dibuat atau ditulis dengan aplikasi atlet dilapangan. Namun evaluasi ini tidak terlalu formal, hanya dengan ngobrol dan saling berbicara antara pelatih dan atlet
TEKNIK PENGURANGAN KEPEKAAN (DESENSITISASI SISTEMATIK)

A.      Konsep Dasar dan Pengertian
Desensitisasi Sistematis dikembangkan oleh Joseph Wolpe pada awal tahun 1950. Istilah desensitisasi merupakan usaha untuk memperkenalkan secara bertahap stimulus atau situasi-situasi yang menimbulkan ketakutan. Merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus tingkahlaku yang diperkuat secara negatif, dan menyertakan pemunculan tingkahlaku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Wolpe (1958), sebagai pengembang teknik desensitisasi berargumentasi bahwa segenap tingkah laku neurotik adalah ungkapan dari kecemasan dan respons kecemasan dapat dihapus oleh penemuan 24 respons yang secara inheren berlawanan dengan respons tersebut. (Misalnya, dengan pengkondisian klasikal). Asumsi dasar teknik ini adalah respon ketakutan merupakan perilaku yang dipelajari dan dapat dicegah dengan menggantikan aktivita yang berlawanan dengan respon ketakutan tersebut. Respon khusus yang dihambat oleh proses perbaikan (treatment) ini berupa kecemasan-kecemasan atau perasaan takut yang kurang beralasan; dan respon yang sering dijadikan pengganti atas kecemasan tersebut adalah relaksasi atau penenangan
Teknik desensitisasi sitematis merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari teori atau pendekatan behavioral klasikal yang memandang manusia atau kepribadian manusia pada hakikatnya adalah perilaku yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari interaksi individu dengan lingkungannya. Perhatian behavioral adalah pada perilaku yang nampak, sehingga terapi tingkah laku mendasarkan diri pada penerapan teknik dan prosedur yang berakar pada teori belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip belajar secara sistematis dalam proses perubahan perilaku menuju kearah yang lebih adaptif. Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku serta untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih dapat menyesuaikan. Prinsip dasar Desensitisasi adalah memasukkan suatu respon yang bertentangan dengan kecemasan yaitu relaksasi
1.    Arwin Zoelfatas (107 : 2009) menyatakan bahwa desensitisasi merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan.
2.    Desensitisasi pada hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.(Erta wa Isyqikahttp://ermahfir.blogspot.com)

B.       Tujuan
Tujuan teknik desensitisasi sistematis adalah :
     a.    Teknik desensitisasi sistematis bermaksud mengajar konseli untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami konseli.
     b.    Mengurangi sensitifitas emosional yang berkaitan dengan kelainan pribadi atau masalah sosial.
     c.    Menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks.
     d.   Menghapus tingkah laku negatif seperti kecemasan.

C.       Manfaat
       1.        Menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
       2.        Menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan
       3.        Desensitisasi sistematis sering digunakan untuk mengurangi maladaptasi kecemasan yang dipelajari lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat diterapkan pada masalah lain.
       4.        Dengan teknik desensitisasi sistematis konseli dapat melemahkan atau mengurangi perilaku negatifnya tanpa menghilangkannya.
       5.        Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus ada konselor yang memandu
       6.        Desensitisasi sistematis merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan dan disertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik, respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
       7.        Desensitisasi sistematis sering digunakan untuk mengurangi maladaptasi kecemasan yang dipelajari lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat diterapkan pada masalah lain.
       8.        Dengan teknik desensitisasi sistematis konseli dapat melemahkan atau mengurangi perilaku negatifnya tanpa menghilangkannya.
       9.        Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus ada konselor yang memandu

D.      Karakteristik Tekhnik Desensitisasi.
Adapun karakteristik atau ciri-ciri terapeutik teknik desensitisasi sistematis menurut pendekatan behavioral adalah:
a.         Merupakan suatu teknik melemahkan respon terhadap stimulus yang tidak    menyenangkan dan mengenalkan stimulus yang berlawanan (menyenangkan)
b.         Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi
c.         Merupakan perpaduan dari beberapa teknik

E.       Prosedure
a.    Analisis Perilaku yang menimbulkan masalah (kecemasan/ketakutan)
b.    Menyusun Hierarkhi atau jenjang-jenjang situasi yang menimbulkan masalah (ketakutan/kecemasan) dari yang kurang hingga yang paling mencemaskan klien.
c.    Memberi latihan-latihan relaksasi otot-otot yang dimulai dari lengan hingga otot kaki. Kaki klien diletakkan di atas bantal atau kain wool. Secara terinci relaksasi otot dimulai dari lengan, kepala, kemudian leher dan bahu, bagian belakang, perut dan dada, dan kemudian anggota bagian bawah.
d.   Klien diminta membayangkan situasi yang menyenangkannya seperti di pantai, di tengah taman yang hijau dan lain-lain.
e.    Klien disuruh memejamkan mata, kemudian disuruh membayangkan situasi yang kurang mencemaskan. Bila klien sanggup tanpa cemas atau gelisah, berarti situasi tersebut dapat diatasi klien. Demikian seterusnya hingga ke situasi yang paling mencemaskan.
f           .      Bila pada suatu situasi klien merasa cemas/gelisah, konselor memerintahkan klien agar membayangkan situasi yang menyenangkan tadi untuk menghilangkan rasa kecemasan/ketakutan yang baru saja terjadi
g.    Menyusun Hierarki atau jenjang kecemasan harus bersama klien, dan konselor menuliskannya pada selembar kertas.
http://misscounseling.blogspot.com/2011/04/tehnik-relaksasi-dandesensitisasi.html



















PELATIHAN MENTAL PENGURANGAN LEPEKAAN  DI SMP N 1 SOREANG
Pelatihan mental pengurangan kepekaan yang saya laksanakan di tim futsal SMP N 1 Soreang dilaksanakan hanya satu kali. Yaitu pada tanggal 27 Mei 2013 jam 11.00 wib. Bertempat di SMA N 17 Bandung.
Pemberian pelatihan mental pengurangan kepekaan ini sebenarnya diluar perencanaan. Namun didesak oleh situasi kalahnya tim futsal SMP N 1 Soreang pada parta final sehingga saya berinisiatif untuk memberikan pelatihan mental ini.
Sedangkan langkah-langkah yang saya lakukan adalah sebagai berikut :
1.      Atlet di bawa ke tempat yang tenang jauh dari suasana pertandingan serta hiruk pikuknya
2.      Atlet terlebihdahulu di beri pendinginan dan rileksasi
3.      Setelah atlet merasa tenang (dari sisi tubuh namun dari sisi psikologis masih terguncang)
4.      Tim beserta pelatih kemudian memberikan pujian kepada tim yang telah mempersiapkan dengan maksimal, melakoni laga final dengan seluruh kemampuan yang ada.
5.      Memberiakan pujian pada setiap pemain (satu persatu) dari permainan yang telah ditapilkan di laga final
6.      Pelatih tidak menghrapkan juara, karna juara adalah hasil akhir yang banyak dipengaruhi oleh factor keberuntungan. Yang diinginkan pelatih adalah setiap pemain mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Dan itu telah dilakukan oleh setiap atlet. Maka pelatih bangga memiliiki atlet seperti anda semua.
7.      Kita melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. Mulai dari istirahat setelah pertandingan kemarin, makan teratur, tidur tepat waktu, bangun tepat waktu, sarapan tepat waktu, datang ke pertandingan lebih awal, mempersiapkan strategi terbaik yang telah di analisis dari permainan lawan. Jadi kita pantas berbangga hati. Karna kita melakoni laga ini dengan 100%. Tidak ada ada kata penyesalan di benak kita semua. Karna inilah kita “menang dengan rendah hati, dan kita kalah dengan harga diri”
8.      Sekarang saatnya tegakkan kepala, busungkan dada, kita bangga akan tim dan keluarga yang kita miliki.