selamat datang

welcome,
selamat datang teman,


dimohonkan kepada teman-teman yang membuka file tugas kuliah agar menjadikannya hanya sebagai referensi, dan bukan untuk di copy-paste, terima kasih...


search

Rabu, 28 Maret 2012

Konsep Dasar Pembelajaran


Konsep Dasar Pembelajaran

Diajukan Untuk memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Kurikulum & Pembelajaran

Dosen Pengasuh
Dr. Deni Kurniawan, M.Pd.

Disusun Oleh
1. Rama Rudiyanto      (1104620)
 2. Latib Mustofa          ( 1104409)
3. Bayu Setia Aji N      (1104412)
 4. Herdiansyah Agus    (1103805)
5. Yogi Rifki N             (1105945)

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Bandung

2011




Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr Wb

            Puji syukur kita panjatkan kahadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya, Sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Pembelajaran”.
            Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kesalahan-kesalahan, baik pada teknis maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
            Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
            Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Aamiin,

Wassalamu’alaikum Wr Wb



         1.                  Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah. Jika teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran. Pada uraian ini akan dibahas beberapa tema yang berkaitan dengan pembekalan terhadap pemahaman tentang pembelajaran. Diantaranya juga akan berhubungan dengan landasan-landasan filsafat, psikologi, sosiologi, dan komunikasi.

         2.                  Hakikat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28). Sejalan dengan konsepdi atas Cronbach (Surya, 1979:28) menyatakan, “Learning may be defined as the process by which a relavitely enduring change in behviour occurs as result of experience or practice”. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa indikator belajar ditujukan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Witherington (1952) menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola –pola respon yang berupa ketrampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:
a.       Belajar merupakan suatu proses
b.      Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen
c.       Hasil belajar ditujukan dengan aktivitas
d.      Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar
Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sisi kognitif, Menurut Bigge (1982) yaitu berhubungan dengan perubahan-perubahan tentang kekuatan variabel-variabel hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi, hubungan-hubungan dan kebiasaan, atau kecenderungan perilaku. Bahwa proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi dimana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang  terjadi secara tidak sadar. Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan.
Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Dengan demikian maka manifestasi belajar atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Gagne dan Brigg, (1988:105), menyatakan bahwa perbuatan hasil belajar menghasilkan perubahan dalam tingkah laku dalam aspek: a. Kemampuan membedakan, b. Konsep kongkrit, c. Konsep terdefinisi, d. Nilai, e. Nilai/aturan tingkat tinggi, f. Strategi kognitif, g. Informasi verbal, h. Sikap, dan, i. Keterampilan motorik.

         3.                  Landasan Konsep Pembelajaran
A. Fisafat
Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan dalam kehidupannya. Secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pda manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan, dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Harapan filosofis bahwa dengan belajar maka segala kebenaran di alam semesta ini bisa dinikmati oleh manusia yang pada akhirnya akan menyadari manusia bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan. Dengan demikian filsafat apapun yang telah menjadi hasil pikir manusia maka kaitannya dengan belajar, ibarat siklus bahwa dengan filsafat manusia bisa mempelajari (belajar) tentang segala sesuatu, sebaliknya dengan aktivitas belajar maka pemikiran-pemikiran tentang belajar terus berkembang dan banyak ditemukan sehingga membawa pada warna inovasi ide dan pemikiran manusia sepanjang zaman.
B. Psikologi
            Perilaku manusia berubah karena belajar, maka perilaku yang masih dicari inilah dapat dikaitkan dengan kajian dari Ilmu Psikologi. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar. Diantara psikolog yang banyak dan memang masih bertahan menjadi landasan pokok dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yaitu Psikologi Kognitif  dan Psikologi Behavioristik. Masih banyak aliran psikologi lainnya, namun kedua aliran psikologi ini sangat dominan dalam menentukan arah aktivitas manusia dalam melakukan proses pembelajaran.
C. Soiologis
            Manusia adalah makhluk individu dan sosial, maka melalui belajar individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan akhirnya melalui belajar manusia mampu membangun masyarakat sampai dengan negara dan bangsa. Landasan sosiologis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistik. Maka pemahaman akan belajar yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat dibutuhkan.
D. Komunikasi
            Pendidikan dan komunikasi ibarat sekali tiga uang yang satu memberikan pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam kenyataannya proses belajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi. Landasan komunikasi ini akan banyak memberikan warna dalam bentuk pendekatan, model, metode dan strategi pembelajaran, serta pola-pola inovasi pembelajaran. Proses inilah yang masih berkembang saat ini di dunia riset yaitu bagaimana seorang guru mapu melakukan variasi komunikasi dalam proses pembelajaran yang tentunya dengan memperhatikan komponen pembelajaran lainnya khusunya peserta didik, dan model pembelajaran yang digunakan.

         4.                  Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan baik dalam SAP. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka di dalam ruang kelas dan dapt melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di dalam SAP. Proses pembelajaran melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya dengan para dosen, dan mahasiswa lain di samping mengembara di dalam dunia pengetahuan lain.

         5.                  Perkembangan Konsep Dasar Pembelajaran
Pembelajaran (Instruction) merupakan akumulasi dari konsep belajar mengajar (Teaching) dan konsep belajar (Learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Menurut Davis (1974:30) bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan. Demikian halnya juga dengan teaching system, dimana komponen perencana mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.
Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran proses pembelajaran. Menurut Meier (2002:103) bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni, Persiapan (preparation), Penyampaian (presentation), Pelatihan (practice), Penampilan Hasil (performance).
A. Persiapan (Preparation)
            Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat.
            Berdasarkan hal diatas, maka tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar.hal tersebut dapat dilakukan dengan memberi sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi manfaat, memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. Tahap ini juga bertujuan membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif. Banyak orang mempunyai perasaan negatif tentang belajar. Jika mereka tidak menggantikan sugesti negatif ini dengan yang positif, maka pembelajaran mereka akan terhalang.
            Sugesti, baik positif maupun negatif, akan tercipta oleh lingkungan belajar itu sendiri. Jika lingkungan fisik mengilhami perasaan negatif dan mengingatkan orang pada pengalaman yang tidak manusiawi, maka lingkungan itu akan memberi pengaruh negatif pada pembelajaran. Sehingga diperlukan alternatif lingkungan yang memberi kesan gembira, positif dan membangkitkan semangat. Sebuah lingkungan yang menimbulkan asosiatif positif dan berperasaan dalam setiap orang, seperti dengan menata tempat duduk secara dinamis, menghiasi ruang belajar, atau apa yang ada dalam lingkungan belajar yang dapat menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan belajar peserta didik, termasuk dengan kehangatan musik. Pembelajaran memerlukan gambaran yang jelas tentang tujuan suatu pelajaran dan apa yang dapat mereka lakukan sebagai hasinya.
            Ada garis lurus antara tujuan dan manfaat. Peserta belajar dapat belajar paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka secara pribadi. Oleh karena itu, penting sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang merasa terkait dengan topik pelajaran itu secara positif.
            Untuk mempersiapkan orang mendapatkan pengalaman belajar yang optimal, diperlukan lingkungan kerjasama sejak awal. Kerjasama membantu peserta belajar mengurangi stres dan lebih banyak memanfaatkan energinya untuk belajar. Kerjasama antar peserta belajar menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan berbagai wawasan, gagasan, dan informasi mengalir bebas.
            Hubungan atau interaksi selama pembelajaran dapat dikatakan sebagai inti kecerdasan. Semakin sering orang saling menghubungkan pengetahuan dan wawasan mereka, semakin cerdas lah ia. Aktivitas belajar membutuhkan peran serta semua pihak. Upaya belajar benar-benar bergantung pada peserta belajar, salah satu tujuan penyiapan peserta belajar adalah mengajaknya memasuki dunia kanak-kanak mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang sendiri.
            Dunia kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan, kebebasan, kegembiraan, dan rasa ingin tahu yang sangat besar. Merangsang rasa ingin tahu peserta belajar sangat membantu upaya mendorong peserta belajar agar terbuka dan siap belajar. Pembelajaran akan mandeg jika tidak ada sesuatu yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu. Jika rasa ingin tahu berkembang, maka ini akan membuat individu kembali hidup dan membuat mereka merasa siap melebihi diri mereka sebelumnya dan inilah inti pembelajaran yang baik.
B. Penyampaian (Presentation)
            Tahapan penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Presentasi berarti pertemuan, dimana fasilitator dapat memimpin, tetapi peserta belajar yang harus menjalani pertemuan itu. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukakn semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus utama.
            Tujuan tahap penyampaian adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar. Selain itu dapat dilakukan dengan presentasi interaktif, melalui aneka macam cara yang disesuaikan dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkan kemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan memberikan pengalaman belajar di dunia nyata yang konstektual serta melalui pelatihan memecahkan masalah.
C. Latihan (Practice)
            Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Peranan intruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menciptakan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan kata lain tugas instruktur atau pendidik adalah menyusun konteks peserta belajar dapat menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas.
            Peranan instruktur adalah mengajak peserta belajar yang baru dengan cara yang dapat membantu mereka memadukannya kedalam struktur pengetahuan makna dan keterampilan internal yang tertanam dalam dirinya.
            Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Seperti aktivitas pemrosesan, permainan dalam belajar, aktivitas pemecahan masalah dan refleksi dan artikulasi individu, dialog berpasangan atau kelompok, pengajaran dan tinjauan kolaboratif termasuk aktivitas praktis dalam membangun keterampilan lainnya.
D. Penampilan Hasil (Performance)
            Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Banyak orang mengabaikan tahap ini, padahal ini sangat penting disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi dan klien organisasi. Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu peserta belajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti; penerapan didunia maya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktivitas penguatan penerapan. Artinya, jika keempat unsur tersebut ada, maka pembelajaran dapat dikatakan berlangsung.
            Jika salah satu keempat unsur tersebut tidak ada, maka belajarpun cenderung merosot atau tehenti sama sekali. Mengenai rintangan ini, banyak orang yang menyimpan perasaan negatif mengenai belajar tanpa menyadari. Berdasarkan pengalaman masa lalu, mereka munkin mengaitkan situasi belajar formal dengan pengurungan, kebosanan, hal-hal yang tidak relevan, rasa takut dipermalukan, dan stres. Jika rintangan-rintangan ini tidak diatasi, maka belajar cepat dan efektif akan terhenti sebelum dimulai.
            Pembelajaran akan terganggu jika orang tidak diberi cukup waktu untuk menyerap pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam struktur diri mereka saat itu ke dalam organisasi internal mereka menyangkut makna, kepercayaan dan keterampilan. Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap peserta belajar, tetapi pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan peserta belajar.

6. Hasil Belajar Dalam Pembelajaran
Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Maka kami akan menguraiakan tentang yang dihasilkan dati suatu proses pembelajaran. Berikut uraian dari kaitan antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat belajar khususnya peserta didik.
A. Hasil Belajar
Bloom (1956), mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun enam tingkatan dalam hal itu, yaitu pengetahuan, pemahaman, pengertian, aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotor.
Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah dan perntingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar. Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh factor internal, yaitu factor-faktor yang ada dalam diri siswa dan factor eksternal yaitu factor-faktor yang berada di luar diri pelajar. Yang termasuk ke dalam factor internal diantaranya:
  1. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
  2. Factor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan yang meliputi:
  • Faktor intelektual yangterdiri atas:
    • Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
    • Faktor actual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
    • Faktor nonintelektual, yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
    • Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong factor eksternal ialah
  • Faktor sosial yang terdiri atas:
    • Faktor lingkungan keluarga.
    • Faktor lingkungan sekolah.
    • Faktor lingkungan masyarakat.
    • Faktor kelompok.
    • Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), kesenian dan sebagainya.
    • Faktor lingkungan fisik, diantaranya fasilitas rumah, faslitas belajar, iklim dan lain-lain.
    • Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruji hasi belajar yang dicapai seseorang. Karena adanya factor-faktor tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, inteligensi dan kecemasaan.
B. Motivasi Menuju Hasil Proses Pembelajaran
Pengaruh motivasi dalam hal ini adalah motivasi baik intern maupun ekstern terhadap hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar bahasa inggris. Motivasi merupakan tenaga penggerak yang mempengruhi  kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku. Adapun menurut McClelland (1953) yang dikutif oleh Max Darsono, (1989:99) menyatakan motif  adalah suatu energizer atau sumber tenaga penggerak, dalam suatu konsep yang diperlukan untuk menjalankan aktifitas organisme. Motif umumnya dipandang suatu diposisi pribadi artinya bersifat potensial. Pada pernyataan tersebut motif merupakan suatu sumber tenaga dalam kondisi tertentu yang biasanya dimiliki oleh setiap individu secara langsung dan motif ini biasanya memberikan arah untuk memilih kesiapan tindakan yang akan dilakukan yang disesuaikan denga kebutuhan dan arahan. Menurut jenisnya, motif dibedakan menjadi motif primer dan sekunder, yang diikuti oleh Syamsudin (1990), yang dikutif oleh Subhana, membedakan motif sebagai berikut:
  • Motif primer atau motif dasar menunjukan kepada motif yang tidak dipajari yang sering juga digunakan istilah dorongan.
  • Motif sekunder menunjukan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari. Ke dalam golongan ini termasuk:
    • Takut yang dipelajari.
    • Motif-motif social (ingin dihargai, diterima, persetujuan, status, merasa aman, dll).
    • Motof-motif objektif dan eksplorasi.
    • Maksud dan aspirasi.
    • Motif berprestasi.